VENTO GEHEIM

Oky Rizkiana S
Chapter #27

Privasi

Aku sangat paham arti dari privasi, sama halnya dengan aku tidak ikut campur urusan orang lain. Saat pasword Ponsel Herlan berhasil terbuka, rasa penasaranku menggoda untuk mengecek segala aktivitas terakhir Herlan. Tapi lagi-lagi, aku akan menyalahi suatu aturan privasi seseorang. Sejenak aku terpaku ke layar ponsel yang sudah terbuka, berpikir lagi hingga akhirnya meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Ketika ingin kembali ke tempat tidur langkahku terhenti karena ponselnya bergetar lagi. Tanpa ragu, kali ini aku memeriksa dan ada pesan masuk. Aku hanya melihat dari tampilan jendela dari bagian atas layar. 

“Peringatan! Hati-hati lo dalam bahaya!” isi pesan dari nomor yang tidak tersimpan.

Aku meraih ponselku dan memotret diam-diam tampilan pesan yang muncul. Sedari kemarin masih banyak yang ingin kutanyakan pada Herlan, tapi sepertinya dia tidak akan pernah jujur tentang apa yang sebenarnya yang dia lakukan.

Sebelum herlan bangun aku pamit kepada Si Mbo, dan meminta agar mereka memerhatikan kondisi Herlan. Beranjak dari rumah kembali ke jakarta untuk melakukan misi yang masih menjadi teka-teki. Aku melihat beberapa daftar misi yang masih dalam proses dan belum ada penyelesaian sama sekali. 

Kembali ke basecamp.

Aku melihat Shena baru saja kembali dari Yogyakarta menyelesaikan misinya, sedangkah Herton masih tetap terpaku di depan komputer untuk menyiapkan beberapa data penyamaran bagi para agen yang ingin melakukan misi. 

“Ton?” panggilku.

“Hmm?” Herton menyahut sembari bekerja di depan komputer

“Aku ganggu bentar ya! Plis cariin gue nomor ini, Ton?” pintaku dengan wajah memelas.

“Iya, sini!” Herton dengan wajah cueknya.

Menunggu loading pencarian.

Setelah hasilnya keluar kami cukup terkejut. Nama pemilik nomor itu adalah X. 

“X?” sahutku.

Belum pernah kulihat hanya dengan nama tunggal. Biasanya ketika Herton melakukan pencarian identitas maka akan muncul identitas dan pendukung pencarian kami. Bahkan alamat dan situs yang dikunjungi bisa terdeteksi. Tapi kali ini pemilik nomor ini berhasil membuat kami melongo.

“Eh, lo tau inisial X?” tanyaku pada Herton.

“Aku gak yakin, Ning!” tambah Herton lagi. “Nomornya ini pastinya fake, kemungkinan dia adalah peretas atau mungkin menyewa seseorang untuk menyembunyikan identitasnya.”

Aku mengangguk sembari memikirkan perkataan Herton.

“Eh, ning X ini bisa juga agen.”

“Agen kita?” sahutku.

“Bukan, agen kita gak akan pake inisial X karena sejauh ini identitas agen pasti diselidiki sama agensi dan inisial ini bukan untuk mereka” jelas Herton.

“Agen dari agensi mana?” tanyaku heran.

Lihat selengkapnya