20 April 2022, hari pertamaku memulai hidup baru sendirian di kota baru, Dawn.
"Kring-kring!"
Tepat pukul lima pagi alarmku berbunyi.
Saat fajar datang membawa harapan baru bagi seluruh warga kota.
Sinar mentari mulai menyibak kegelapan malam dari ufuk timur, burung-burung berkicauan bersama ayam-ayam tetangga yang saling beradu suara yang menghasilkan sebuah melodi alam yang indah di pagi hari.
Seperti biasa aku memulai hariku dengan secangkir kopi dan menuliskan sebuah harapan untuk hari ini.
Setelah menghabiskan sarapan pagi ku dan bersiap aku berjalan kaki menuju ke sekolah baruku seperti kebanyakan warga di kota ini yang lebih menyukai berjalan kaki atau bersepeda untuk berpergian daripada menaiki kendaraan bermotor yang akan mencemari kota mereka yang asri.
"Pagi."
"Pagi."
Terlihat orang-orang di kota ini begitu ramah satu sama lain bahkan kepada pendatang sepertiku.
"Pagi," sapa satpam sekolah baruku menyapaku yang berjalan memasuki area Dawn's Senior High School.
"Pagi," balasku ramah.
Dawn's Senior High School, sebuah sekolah yang berdiri megah di atas salah satu bukit di dataran tinggi Dawn yang indah.
Sebuah bangunan yang mempunyai halaman dan taman yang luas nan indah bagi para penghuninya, disertai dengan sebuah kolam air mancur yang cukup besar di tengahnya dengan puluhan penghuninya yang berenang dengan bebas di dalamnya.
Bangunan putih bergaya arsitektur klasik dengan pilar-pilar besarnya yang menjadi salah satu ciri khasnya terlihat begitu megah diantara bangunan-bangunan lain disekitarnya.
Bel masuk berbunyi dan para murid bergegas menuju kelasnya masing-masing begitu juga denganku.
Aku ditempatkan di kelas 1A, kelas terbaik di setiap tingkat di sekolah ini.
Aku harus menunggu di depan kelas dan menunggu wali kelasku datang terlebih dahulu sebelum memasuki kelas untuk diperkenalkannya sebagai murid baru kepada murid yang lain.
"Hai," sapa seorang gadis berambut hitam sebahu menghampiriku.
"Hai," balasku.
"Kau juga murid baru?" tanyanya.
"Ya."
"Wah! Sama! Aku juga murid pindahan dari kota lain."
"Luna," ucapnya mengulurkan tangan.
"Venus," ucapku menjabat tangannya.
"Kalian sudah datang? Bagus!" kata seorang wanita paruh baya berkacamata dengan rambut hitamnya yang diikat, Ms Karina.
"Baiklah, ayo masuk."
Kami berdua mulai memasuki ruangan menyusul Ms Karina yang mendahului kami.
"Selamat pagi semua!"
"Perkenalkan dua teman baru kalian, Venus dan Luna."
"Mereka murid pindahan dari kota lain dan ... Bertemanlah dengan baik."
"Halo semuanya! Perkenalkan namaku Luna! Senang bertemu dengan kalian! Tolong kerja samanya!"
Gadis di sebelahku tiba-tiba berteriak memperkenalkan dirinya dengan penuh semangat.
"Tolong kerja samanya," sambungku kemudian.
"Baiklah, kalian berdua silahkan cari bangku yang kosong," ucap Ms Karina lalu pergi meninggalkan kelas begitu saja.
"Ah? Bangku kosongnya cuma satu?" ucap Luna.
"Apa? Menyebalkan," batinku kesal.
"Bagaimana ini Venus?"
"Ambil saja, aku akan mencari yang lain."
"Benarkah?"
"Ya."
"Kau tidak keberatan?"
"Tidak."
"Kau yakin?"
"Ya."
"Apa kau marah?"
"Tidak."
" ... "
"Diamlah."