Venus: The Dawn

Rama Sudeta A
Chapter #2

Soil

"Oh, jadi kalian mau uji nyali?" tanya Luna memastikan.

Kami berdua berjalan menyusuri koridor sekolah yang menghubungkan area kelas dengan area ekskul yang cukup panjang.

"Ya, seperti itu," jawabku menatap lurus lorong panjang di depanku.

"Hmm ... Apa kau tidak tau? Semua murid di kelas menganggap Boy itu sakit. Kenapa kau mau saja di ajak uji nyali?"

"Bukan urusanmu."

"Apa?!"

"Apa kau memang selalu menyebalkan seperti ini?"

"Kau tau? Sepertinya kau lebih sakit dari si Boy itu."

"Diamlah."

"Haaa ...."

Luna menghela nafas panjang.

Kami tiba di depan ruang ekskul sejarah yang masih dalam keadaan terkunci.

"Kenapa dikunci?" ucap Luna heran.

Aku mencoba memeriksa keadaan di dalam ruangan dari salah satu jendela kaca pada ruangan itu.

"Mereka mengganti jadwalnya," ucapku setelah kedua bola mataku menangkap selembaran kertas yang bertuliskan pengumuman perubahan jadwal kegiatan ekskul sejarah yang di tempelkan pada salah satu jendela kaca disana.

"Jadwal hari ini diundur besok sore dikarenakan pembina yang tidak bisa hadir hari ini," sambungku membacakan isi pengumuman tersebut.

"Oh ... Mau pulang bareng?" tawar Luna.

"Aku ada urusan. Kau pulang saja sendiri," ucapku.

"Urusan?"

"Urusan apa?"

"Sekarang masih sore urusanmu dengan Boy kan nanti malam."

"Jangan banyak alasan ayo pulang sekarang!"

Luna menarik tanganku dengan keras dan menyeretku keluar dari area ekskul menuju koridor panjang terbuka itu.

"Hei!"

"Apa masalahmu!?"

Aku menarik ganti gadis itu dengan keras dan menatapnya tajam.

Ku cengkeram tangan mungil itu dengan keras.

"Apa maumu?" tanyaku dengan nada menekan.

"Ouch ... Sakit."

"Kenapa kau ini? Aku cuma ingin pulang bareng denganmu, kenapa kau jadi kasar begini?" ucapnya mulai berkaca-kaca.

Aku melepaskan cengkeraman tanganku padanya.

"Maaf, aku ... Salahmu sendiri menyeretku paksa seperti anak kecil."

"Sebenarnya apa masalahmu? Kenapa kau pindah kesini? Apa kau mencoba menghindar dan lari dari sesuatu?"

"Apa kau mencoba lepas dari bayang-bayang masa ...."

"Berisik!" bentakku keras.

"Apa yang terjadi denganku sebelum datang kesini itu urusanku bukan urusanmu!"

"Jadi jangan sok akrab dan mencampuri urusanku!"

"Dan pergi dari hadapanku."

"Baik."

"Tapi ingat, jangan harap kau bisa bicara denganku lagi."

"Aku tidak pernah mengharapkan kehadiranmu ada di hidupku," ucapku.

"Satu hal lagi."

"Maaf jika kau tersinggung tapi ...."

"Aku hanya mau bilang jangan pernah bersembunyi di balik topeng yang rusak, itu hanya membuatmu terlihat seperti sampah."

Lihat selengkapnya