BRRSSSS! ZAAAA! Hujan! Hyaaaa! Aku panik saat tubuhku tiba-tiba dihantam tetesan-tetesan air yang dahsyat. Gerald dan Takahashi san langsung menarikku berlari ke sebuah toko yang tutup. Di depan toko itu ada semacam tenda yang lumayan lah bisa melindungi badan dari terpaan hujan.
"Kamu tidak apa-apa, Tia san?"
Aku menggeleng sambil sibuk menggosok-gosok tubuhku. Dingin! Sepertinya Takahashi san melihatku sibuk menghangatkan diri. Ia berniat melepas jaket seragamnya tapi buru-buru dicegah Gerald. Ih! Apa-apaan sih dia?! Jahat banget! Tega! Nggak manusiawi! Masa ada cowok yang dengan heroiknya ingin meminjamkan jaket ke cewek yang sedang kedinginan siap-siap kena flu gini, harus ditahan-tahan? Dasar Gerald kurang a ... eh?
"Gue kepanasan pake jaket item dari lo ini. Masa lo beliin mantel di Indonesia yang panas begini? Nih, gue balikin." Gerald menyodorkan jaket ... eh! mantel hitam itu di depanku. Mukanya menengok ke samping entah menengok apaan. Huh! Dasar tidak tahu terimakasih bin tidak sopan! Dia tidak bisa ya bicara baik-baik? Tapi aku jadi sadar kenapa ia kembali memakai baju modern-nya. Ternyata karena baju yang ku belikan tidak cocok dengannya. Dan ajaibnya, walaupun bajunya terkena hujan, tapi tidak terlihat basah sama sekali! Luar biasa baju masa depan! Terbuat dari apa?!
Takahashi san mengambil mantel dari tangan putih pucat Gerald lalu memakaikannya ke aku. Setelah itu menepuk lembut bahuku. Seer! Rasanya dalam sekejap darah rebutan mengalir ke tubuhku. Kenapa sih Takahashi san bisa bikin aku deg-degan seperti ini? Bisa bikin perasaanku tidak karuan seperti ini? Dan yang paling penting ... sukses bikin aku lupa sama Aan!
"Hatciuuuu!" Ya elah Tiaaa! Aku bersin doong bersiiin! Mana bersinnya pas banget di depan Takahashi san lagi. Duh! Dasar bersin tidak tahu waktu dan tempat! Seandainya nih bersin bisa aku atur seenaknya, ingin rasanya bersin sampai muncrat-muncrat di depan Gerald—si bule nyebelin itu.
"Kamu flu, Tia san."
"E ... eh! Nggak pa-pa kok."
"Oh, gitu." Takahashi san mengeluarkan hpnya. Anehnya hp nya tidak ada sinyal, walaupun masih bisa nyala. Kenapa? Begitulah kira-kira pikir Takahashi san. Gerald sebenarnya menyadari daritadi Takahashi selalu melihat hp nya.
"Ah! Hp tidak bisa dipakai karena ..."
KRUYUUUUK! Tiba-tiba terdengar bunyi perut saat Gerald akan menjelaskan alasannya. Mata Takahashi dan Gerald sontak menatapku. Aku cuma bisa meringis keki. Baru ingat belum makan malam.
"Saya juga pengen beli makanan karena saya juga lapar, tapi saya tidak punya uang zaman ini." Raut Takahashi san seperti merasa bersalah. Padahal jelas-jelas ini bukan salahnya. Aku menatap Gerald berharap ada alat untuk menyediakan makanan seperti alatnya Doraemon. Namun sayangnya...
"Maaf ya, gue nggak punya alat kayak gitu!"
Aku menghela nafas. Aku mengeluarkan dompet dari tas kerjaku. Masih ada uang lima puluh ribu. Tentu saja uang 'kuno' ku.
"Kalau gitu, aku beli sesuatu ya." Kataku dan hendak beranjak pergi. Namun langkahku ditahan Takahashi sampai kepalaku menoleh ke arahnya dengan wajah tercengang.