Verleden

A.M.E chan
Chapter #18

Kenangan yang Telah Hilang (Cirebon, 2031)

BRUUK! Aku mendengar suara jatuh yang lumayan keras. Ah! Takahashi san!

"Anda tidak apa-apa?!" Aku panik sambil mengulurkan tanganku. Ah! Aku baru sadar. Mana mungkin bosku bisa meraih tanganku. Aku kan sedang menjadi hologram.

"Saya tidak apa-apa, ya Tia san. Terimakashi." Takahashi pelan-pelan berdiri sambil menyibak-nyibak bajunya yang tertempel rerumputan. Syukurlah, Takahashi san mendarat di rerumputan, jadi tidak terlalu sakit. Aku melihat sekeliling. Berjalan pelan ke depan. What!? I... ini kan... seharusnya rumahku. Kenapa jadi PADANG RUMPUT?!

"Gerald, ini Cirebon kan?" Wajahku masih menatap padang rumput di depanku. Ekspresi tidak percaya, shok, sedih mulai tergambar di wajahku.

"Iya benar. Ini Cirebon." Gerald membaca data dari layar hologram yang diproyeksikan dari kotak metalik itu. Gerald memandangku yang sedang membelakanginya dengan wajah sedih.

"Gue coba cari data lebih detail soal lokasi ini." Gerald mulai menekan-nekan sesuatu pada layar hologram. Takahashi pun ikut menatap layar hologram tersebut, walau tidak mengerti apa yang tertulis pada layar. Tiba-tiba, Gerald menghela nafas berat. Seperti tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya. Aku berbalik menatap Gerald. Ia sedang menunduk. Berarti... benar. Aku jatuh lemas terduduk sampai Takahashi san reflek berlari ke arahku dan berusaha meraihku. Walaupun berakhir gagal karena aku masih berwujud hologram.

"Tia san!"

"HUWAAAAA!" Aku menangis kencang. Rumahku dari kecil sampai sekarang aku berusia dua puluh empat tahun. Tentu saja banyak kenangan ada di rumah itu. Tapi... sekarang ini, rumah itu sudah rata dengan tanah, diganti dengan rerumputan ini. Aku masih menangis namun ku pelankan suaraku. Bahuku masih naik turun. Masih tidak rela mengetahui rumahku sudah hancur sepuluh tahun ke depan. SET! Aku langsung berdiri dengan wajah masih berlinang air mata. Aku menghampiri Gerald dan mencengkeram kerah jaketnya.

"Gue mohon cari keberadaan Mama dan adik-adikku! Gue pengen tahu dimana dan bagaimana keadaan mereka! CEPAT!" Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana mengungkapkan perasaanku sekarang. Bingung, sedih, heran, shok makin menghantuiku. Bagaimana bisa rumah keluargaku 'hilang' sepuluh tahun kemudian? Aku harus bertemu Mama dan minta penjelasan!

Aku melihat Gerald masih terpaku menatap layar hologram di depannya sambil kedua tangannya sibuk menyentuhnya.

"Nama Ibu lo?"

"Kartika Mayasari."

Gerald menyentuh huruf-huruf pada layar. Seketika itu muncul foto Ibuku beserta data-data yang aku tidak mengerti isinya. Aku yakin bukan bahasa Inggris apalagi bahasa Jepang.

"Ibu lo ada di jarak sepuluh kilo dari sini."

"HAH?!" Aku lemas mendengarnya. Bagaimana bisa kami kesana sedangkan kami tentu saja tidak punya uang zaman ini.

"Bagaimana gue bisa kesana kalo jaraknya sejauh itu...." Tangisku memang sudah mereda, tapi suaraku jadi makin tercekat.

"Tia san. Tia san bawa uang? Uang jaman 2021."

Aku menoleh ke arah Takahashi san. Kenapa nih orang tiba-tiba menanyakan uang tahun 2021? Kan ada kemungkinan tidak bisa dipakai. Tidak mungkin kan bosku ini mendadak kacau pikirannya? Mau nekat pakai uang tahun 2021 untuk memesan taksi? Bagaimana kalau kami masuk penjara gara-gara dianggap menipu!?

"Saya bawa uang tahun 2021 tapi tidak bisa dipakai kan?"

"Bisa, Tia san. Tapi, kita harus ke Bank Indonesia. Apa di Cirebon ada Bank Indonesia? Setahu saya disana bisa menukar uang lama dengan uang baru ya, kalau memang uangnya berubah."

Lihat selengkapnya