Matahari yang sangat cerah menggantung di langit biru tak berawan. Kami bertiga sudah berkumpul di belakang hotel penuh semak-semak yang sepertinya tidak pernah didatangi orang. Hoaaahm! Aku reflek menguap saking mengantuknya. Lingkar mataku yang dari awal memang sudah hitam, kini makin menghitam karena pada akhirnya aku tidak bisa tidur. Aku iri melihat wajah Takahashi san yang putih bersinar tanpa ada lingkar mata, padahal aku yakin beliau sering begadang mengerjakan deadline pekerjaannya sebagai Manajer Akunting. Gerald? Jangan ditanya. Kulitnya putih pucat tidak ada noda apalagi lingkar mata. Dua cowok silau di depan mataku ini, kenapa sih bikin aku iri?
"Tia san. Anda pucat sekali ya. Apa Anda tidak tidur dengan baik?" Lagi-lagi bosku yang super duper baik hati ini mengkhawatirkanku. Siapa yang tidak meleleh diperhatikan seperti ini sama orang yang disuka? Ganteng pula?
"Saya...."
"Dia semalaman bersama saya lho, Takahashi."
SET! Mataku melotot, wajahku menoleh garang ke arah si pemilik suara yang seenaknya memotong pembicaraan orang. Yaah siapa lagi kalau bukan Gerald. Wajahnya serasa puas sekali bicara begitu pada Takahashi san. Lihat saja senyum tipis meruncing ke kanannya! Seperti ekspresi orang yang memenangkan sesuatu dari rival terberat plus meremehkan seseorang. Ih, dasar nyebelin!
POK! Langsung saja ku pukul bahunya keras-keras. Gerald sampai kaget dan reflek agak menjauh dariku. Matanya menatapku tajam.
"Apa sih mukul-mukul?! Sakit tau!"
"Jangan bikin bos gue salah paham ya! Ah, begini Takahashi san. Tadi malam saya tidak bisa tidur, ya. Lalu saya pergi ke lobi mau beli susu atau teh supaya saya bisa tidur. Saya melihat dia di lobi dan akhirnya bicara-bicara lama. Begitulah ceritanya, Takahashi san. Bukan aneh-aneh ya." Aku membungkuk sedikit berkali-kali. Aku melirik ke arah Takahashi san. Lho? kok wajahnya sedih? Wajah beliau ia arahkan ke Gerald yang masih mengusap-usap bahunya karena mungkin masih sakit.
"Tidak perlu ojigi [1] ya, Tia san. Tidak apa-apa." Takahashi san tersenyum. Namun terlihat jelas di mataku, kalau sekarang ini mata Takahashi san menatap tajam Gerald. Aduh! Beliau percaya kan dengan kata-kataku?
Gerald menghela napas, "Hari ini gue berniat ngajak kalian ke zaman gue, tahun 2531." Gerald mengeluarkan kotak metalik dari saku celananya. Mata Takahashi san yang tadinya tajam menatap Gerald, mendadak berbinar-binar. Fiuh! Syukurlah, Takahashi san cepat sekali berubah mood nya. Mungkin karena penasaran dengan suasana kota di masa depan, sama denganku. Aku langsung mengeluarkan tabletku dan memberikannya pada Gerald. Gerald langsung menerimanya dan menghubungkan kabel-kabel yang menjulur dari kotak metalik ke tabletku yang sedang dibongkarnya.
"Eh, Gerald. Gue penasaran deh gimana bisa tabletku kembali lagi ke tasku padahal tabletku dipakai sebagai media perjalanan waktu? Harusnya kan nggak bisa kebawa."
Gerald menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengotak-atik kotak kubus metalik dan tabletku. Wajahnya menatapku seperti meremehkan. Hih! Memang manusia menyebalkan!
"Gue nggak bisa menjelaskan panjang lebar, karena lo pasti bakal pusing, mual-mual atau mungkin pingsan dengernya saking nggak ngertinya penjelasan gue. Jadi, gue bakal jelasin sesuai dengan kapasitas otak lo. Gue pasang 'Alat Pengembali Barang' di layar mini lo ini dan tas lo itu. Gimana? Lo nggak sadar kan kalo di tas lo udah gue pasang alat gue?"
Aku langsung menurunkan tasku dari bahu. Mengangkat-mengecek-membolak-balik tasku. Ah! Ada semacam benda bulat perak sangat kecil menempel di dekat kantong bagian belakang. Sejak kapan!? Aku melirik judes ke arah Gerald. Gerald tersenyum tipis lalu kembali serius mengotak-atik tabletku dan kotak metalik.
"Beres!" Gerald mengangkat tablet putihku dan kotak metalik. Kini tabletku hanya menampilkan lingkaran hijau berputar-putar dengan latar gelap. Gerald menulis 2531 pada layar tablet.
"Netherlands." Setelah Gerald berkata begitu, muncul cahaya putih menyilaukan dari tablet. Gerald memberikan kapsul anti pengurai tubuh padaku dan Takahashi san. Setelah kami bertiga meminumnya, kami kompak menyentuh layar tablet dengan telunjuk dan seketika itu kami tersedot ke dalamnya. Cahaya putih tadi mendadak hilang berubah menjadi gelap. Sangat gelap. Aku ketakutan dan memutuskan untuk menutup mataku.