Jika ada satu hal yang bisa ia ubah, maka Rona akan menyatakan perasaan sejujurnya. Namun, itu hanya "jika" dan ia tak punya keberanian untuk itu.
Langkah Rona terhenti di tengah jembatan. "Hah?"
Adik sepupunya, Ani, ikut berhenti. "Hah kenapa?"
"Kamu bilang apa tadi?" tanya Rona memastikan dengan senyuman yang semakin lama semakin luntur.
"Ghazi pacaran dengan Inara."
Bibir Rona membentuk lengkung sempurna ke bawah. Matanya hampa menatap sosok Ani di depan sana. Semangat menggebu-gebu yang ia bawa jauh dari kota seketika menguap bersama angin malam.
Rona menghela napas panjang. Sudut matanya menangkap rumah Inara yang akan mereka lewati. Andai dia mengungkapkan perasaannya dengan benar, akankah Ghazi menjadi miliknya?
"Kakak nggak papa? Kakak 'kan suka Ghazi."
Si gadis lekas menekan telunjuk di bibir Ani. "Siapa bilang? Kakak nggak suka dia, kok."
Bohong. Kedua mata Rona membentuk bulan sabit yang dipaksakan. Ujung bibirnya bergetar menarik senyum. Namun, kegelapan di jembatan mencegah siapapun melihatnya.