VEX

Athaya Laily Syafitri
Chapter #2

Rona, Sang Pembuka Kisah

Jendela kayu dibuka perlahan oleh Rona. Matahari bersinar terikĀ pada jam 9 pagi. Mata Rona tak mampu terbuka lebar akibat belek yang menempel.

"Astaga, aku baru bangun."

Begitulah awal hari yang akan dilalui Rona. Entah ia akan langsung mandi atau lanjut merebahkan badan dan membuka WhatsApp. Tahun ini lebih sepi. Vibe-nya beda dan tak menyenangkan.

Tiga deret gorden jendela ditarik Rona dalam sekali sentak. Lingkaran-lingkaran besi saling bertabrakan. Suara itu bagai musik pembuka yang menghubungkan pandangan Rona kepada halaman depan rumah yang sunyi.

Sudah begitu lama, halaman yang dulunya luas tergantikan teras kayu yang melebar. Bayangan-bayangan Ghazi yang bermain bulu tangkis seketika berseliweran. Begitu pula bayangan dirinya yang duduk bersila sambil terperangah memerhatikan kelihaian pemuda itu.

Kala itu mereka masih anak-anak. Dan kala itu juga, Rona masih menganggap Ghazi sebagai sahabat yang selalu menolongnya.

"Mau coba?" Ghazi kecil tersenyum lebar, mengunjukkan raket kepada Rona.

Rona menatap Ghazi sepersekian detik, lalu menggeleng. "Aku nggak bisa main."

Si lelaki mengangkat alis. Jarinya melingkar pada pergelangan tangan Rona, menarik gadis itu berdiri. Raket biru dipindahkannya ke genggaman Rona.

"Tenang aja, aku ajarin sampai bisa!" ujar Ghazi, lebih bersemangat dari seseorang yang akan belajar.

Rona menoleh kepada Ghazi, menggenggam raket dengan kedua tangan. Waktu itu, Ghazi tersenyum meyakinkan. Senyum yang tanpa diduga malah membuat Rona remaja jatuh cinta kepadanya.

"RONA! MAKAN!"

Tubuh jangkung Rona tersentak. Ia mengacak kemudian menyisir rambut sebahunya sebelum keluar kamar. "Iya, Ma!"

Dalam perjalanan singkat menuju dapurā€”sekaligus ruang makan, Rona tak hentinya berpikir bagaimana ibunya bisa tahu kalau ia sudah bangun. Suara krasak-krusuk dan orang-orang berbicara dengan bahasa Dayak menyambut Rona. Keluarga besarnya sedang berkumpul, menyantap nasi kuning dan beberapa kudapan lainnya.

"Ron, itu ada nasi kuning sebungkus lagi untukmu," kata ibunya dengan dagu menunjuk ke tudung di atas meja makan.

Lihat selengkapnya