VEX

Athaya Laily Syafitri
Chapter #3

Inara, Sosok yang Terjebak

Satu sudut di memori Inara mengingat tentang momen bersama Ghazi ... dan juga Rona. Jika mengingat kebersamaannya dengan Ghazi sebelum berpacaran, kebanyakan turut didominasi Rona. Bagi orang-orang, mereka berdua selalu bersama. Kau tidak bisa bercerita tentang kisah cinta Ghazi tanpa Rona, begitupun kalau kau bercerita tentang Rona.

Sementara Inara, ia hanyalah orang yang terjebak di antara mereka. Seorang sahabat dari Rona dan teman biasa dari Ghazi. Namun, sekarang ia punya peranan besar dalam hubungan keduanya.

Inara tak pernah ingin mengkhianati Rona, tapi di sisi lain ia tak bisa membohongi perasaannya kepada Ghazi. Mungkin orang-orang berpikir dirinya egois. Mungkin orang menganggap dan menyebutnya PHO.

Apakah Inara peduli? Tentu ia peduli. Akan tetapi, siapa yang tidak ingin menjadi pasangan seorang Ghazi? Rona begitu beruntung disukai—atau malah dicintai—Ghazi segitunya. Namun, gadis itu justru berlaku dingin dan menggantung perasaan Ghazi begitu saja. Sedangkan di luaran sana, para gadis berlomba merebut perhatian Ghazi yang manis, kaya, dan dari keluarga terpandang.

Bunyi air yang meluber keluar dari bak menyadarkan Inara. Tangannya mengulur untuk memutar keran sebelum melanjutkan cucian piring kotor bekas sarapan. Inara meregangkan ototnya sebentar. Anak-anak asuh Ibu Bidan ternyata menumpuk piring sangat banyak.

Inara lekas menyelesaikan cucian, mengangkat keranjang penuh piring basah, kemudian meraih ponselnya di atas kulkas. Sambil merebahkan badan pada lantai dapur dengan napas terengah, Inara mengecek lagi chatnya dan Ghazi. Tentunya masih terhenti di kalimat "... Ada Rona di depan rumah."

Gadis itu meletakkan ponselnya di samping kepala, lalu menutup mata dengan lengan. Inara tertawa sinis, cukup lama sampai kemudian berganti isakan pelan. Di dalam kepalanya, mulai berkeliaran berbagai macam pikiran buruk. Dari kemungkinan Ghazi kembali ke Rona hingga Ghazi memutuskannya begitu saja.

"Inara? Inara!"

Terdengar Ibu Bidan memanggilnya dari ruang tamu. Inara langsung bangkit dan menghapus jejak air mata. Ia mengambil jilbab, memasang cepat dan memastikannya sudah rapi.

"Inara, ini si Ghazi cari kamu. Kenapa lama sekali?"

Inara berdiri mematung. Ia bahkan tak menyadari kalau Ibu Bidan berlalu dari hadapannya. Sosok Ghazi dengan kaus lengan pendek dan hoodie tanpa lengan sedang bersandar di samping pintu. Pemuda itu menenteng sebuah kantung plastik, sedangkan tangan sebelahnya menekan layar ponsel.

"Ghazi, kenapa?" Inara membuka suara pelan.

Ghazi melepaskan pandangannya dari ponsel sejenak. Ia memasang senyum, tapi entah kenapa tidak selebar biasanya.

ⓥⓔⓧ

Lihat selengkapnya