VEX

Athaya Laily Syafitri
Chapter #9

Berkorban dan Mengikhlaskan

Dering telepon menarik perhatian Rona. Getar dari ponsel diredam oleh kasur, sekilas terdengar macam gemuruh. Setelah memasukkan potongan baju terakhir ke dalam lemari, tangannya menjulur meraih ponsel tadi.

Nama Ghazi terpampang sebagai nama penelepon. Rona mengucek mata sebelum memandang lagi layar ponselnya. Tetap Ghazi yang terpampang di sana.

Rona berbisik menenangkan dirinya sendiri. Tangannya naik turun seraya menghela napas berulang kali. Jari telunjuknya bergerak ke sana ke mari ketika ingin menekan tombol hijau telepon.

"Ha- halo?" Rona diam-diam mengutuk dirinya yang terbata.

Beberapa detik hening sampai akhirnya Ghazi di seberang sana membuka suara. "Aku pengen ketemu. Bisa datang ke samping bekas lapangan voli?"

Belum Rona memberi persetujuan ataupun penolakan, telepon diputus secara sepihak. Rona memukul betisnya kemudian mengintip dari balik tirai kepada langit yang sudah gelap seutuhnya. Ia memijit pelipis. Suara para orang tua mengobrol di ruang tamu seakan mempertanyakan keberaniannya.

Rona bangkit berdiri, memakai jaket yang tergantung di belakang pintu kamar. Dibukanya lembaran kayu tinggi, ramping, dan tebal itu. Bunyi decitan yang ia hasilkan membuat seisi ruang tamu bungkam.

"Rona, mau ke mana?" Paman sekaligus saudara tertua dari sang ibu bertanya.

Si gadis menggigit bibir. Ia berbalik, memasang senyum tipis. "Mau ke luar, beli makanan hehe."

"Suruh adik-adikmu saja yang beli. Nggak baik perempuan keluar malam."

Seakan itu perintah mutlak, para tertua memalingkan perhatian darinya. Rona mengembuskan napas sebal. Ia mencengkeram ponsel. Dengan keberanian yang tersisa dalam dada, ia melintasi ruang tamu dan menggenggam gagang pintu depan.

"Rona! Sudah dilarang kamu ini, sepenting apa sih keluar malam?!"

Kaki Rona melemas. Ia menunduk lalu memutar badan menghadap seluruh anggota keluarga yang kini menatapnya. "Aku mau ketemu seseorang."

"Siapa?" tanya ibunya, dingin.

"Ina—" Rona menggeleng kuat. Ia tidak akan berbohong lagi kali ini. "Ghazi."

Alis ibunya terangkat sebelum menukik tajam. Gurat wajah beliau tegas. Rahang yang mengeras menjadi ketakutan terbesar Rona sekarang.

Lihat selengkapnya