Hari ini, aku sengaja pergi ke taman sekolah hanya untuk mendengarkan lagu dan membaca novel. Aku merasa nyaman dan tentram ketika berada di keadaan seperti ini dikelilingi pohon dan bunga ditambah suara kicauan burung yang merdu. Tadi ketiga temanku sudah kuajak kemari tapi sepertinya kebiasaan kita memang berbeda. Aku yang pada dasarnya suka menyendiri dan mereka suka yang berbau keramaian, bukankah perbedaan sebagai pelengkap di dalam suatu persahabatan kan?.
Alunan lagu Secondhand Serenade - Goodbye, menemaniku membaca novel disini, disaat aku memutar lagu itu entah kenapa arti dari liriknya sangat sakit sekali. Sebelum tidur biasanya aku memutar beberapa kali lagu ini.
Seseorang tiba-tiba menarik earphoneku yang terhubung dengan ponsel.
"Halo, Princess."
Entah senang atau kecewa sekarang yang aku rasakan, memang beberapa waktu lalu aku menunggu kehadirannya, tapi untuk saat ini rasanya aku ingin pergi menjauh sementara.
"Kok sendirian disini?"
Sepertinya dia sedang menunggu jawaban yang keluar dari mulutku.
"Saya ganggu kamu ya?" Tanya nya sekali lagi.
Aku hanya menggelengkan kepala dengan tatapan fokus dengan novel yang kubaca.
"Kamu marah ya gara-gara saya nggak nampakin diri di sekolah 3 hari?"
"Marah banget" batinku, tetapi aku lebih memilih diam saja.
"Saya kemarin dapat tugas dari sekolah untuk olimpiade, dan saya menang juara 1." Ucapnya sambil menunjukan sebuah medali emas.
Jujur aku ikut senang mendengarnya bisa memenangkan lomba juara 1. Tetapi Shealyn tetaplah Shealyn yang pilihannya tidak bisa diganggu gugat, alias dia tetap diam tidak mau berbicara.
"Ini, kamu simpan ya." Ucapnya sambil menyodorkan medali itu.
Aku terkejut ketika dia memberikan medali itu ditanganku, untuk apa? Dia yang mengikuti olimpiade dan dia yang menang kenapa malah diberikan ke aku?.
"Buat apa?" Jawabku yang akhirnya mau membuka suara.
"Simpan aja, siapa tau kalau lagi kangen saya bisa liat itu."
Orang pada umumnya akan memberikan foto atau benda yang lainnya, tapi ini Iky. Yang mau memberikan medali hasil kerja kerasnya kepadaku.
Keadaan semakin canggung, aku ingin sekali bertanya tentang sosok perempuan itu, tapi kalau dipikir-pikir aku tidak berhak untuk bertanya. Memangnya aku siapa sampai mau tau hal privasinya.
"Nanti pulang jam berapa, Ra?" Tanya nya.
"Kenapa?"
"Nanti bareng saya aja, kebetulan saya mau kerumah temen, sekalian satu arah."
"Nggak usah. Makasih, nanti aku pulang bareng sama Diva."
Itu bohong, aku memang tidak berniat pulang bareng sama Diva. Aku hanya menghindar supaya dia tidak mengantarkanku pulang.
"Yasudah kalau begitu." Jawabnya.