6 bulan sudah kami melewati hari-hari biasa bersama, sekarang aku telah menduduki kelas 9 yang artinya dia sudah lulus dari sekolah ini. Iky lulus dengan predikat murid nilai terbaik, tetapi dia melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta. Karena pada waktu itu, dia bercerita kalau dia sudah ditolak beberapa kali di Perguruan Tinggi Negeri. Tapi menurutku Swasta atau Negeri itu sama saja. Tergantung dengan orang itu sendiri mau berusaha belajar atau tidak.
Kalau kalian bertanya apakah aku sekarang sudah resmi berpacaran dengan Iky, jawabannya adalah tidak. Ya aku memang tidak ada hubungan yang serius seperti itu, kalau dipikir-pikir aneh juga aku menjalin hubungan dengan seorang mahasiswa sekarang, tetapi aku sendiri masih duduk di bangku kelas 9 SMP. Padahal dia sempat berkata begini kepadaku,
"Loh memangnya kenapa kalau saya mahasiswa dan kamu masih kelas 9? Apa ada undang-undang nya tidak boleh menjalin hubungan berbeda umur?."
"Ya bukan begitu, nanti apa kata teman-temanmu? Masa kamu nggak malu punya pacar masih bocah?"
"Buat apa saya malu? Saya nggak peduli apa kata orang-orang Ra, yang penting berdua sama kamu itu sudah membuat saya senang."
Untuk sesaat, aku diam dan berpikir,
"Untuk saat ini begini dulu ya Ky? Kita jalananin aja dulu, aku nyamannya begini. Yang penting kamu sama aku terus kan?"
"Maksudnya hubungan tanpa status, begitu?" Ucapnya meyakinkan.
"Ya bisa dibilang begitu." Entah apa yang dipikiranku waktu itu meng-iyakan pertanyaannya.
"Ya sudah kalau memang kamu maunya begitu, saya akan tetap berusaha menunggu kamu sampai kamu siap."
Tetapi sudah 2 hari ini dia tidak menghubungiku, terakhir dia bilang sedang sibuk menyiapkan beberapa hal untuk keperluan Ospek. Dia mengambil Program Studi Teknik Arsitektur, ya dan aku tau menjadi mahasiswa memang tidak mudah. Maka dari itu aku akan mencoba memahami hal baru yang ada di hidupnya sebagai seorang mahasiswa.
***
"Lyn kita pulang dulu ya, yakin nih nggak mau bareng sekalian?" Tanya Eka.
"Kalian pulang dulu deh, aku mau ngembaliin buku di perpustakaan dulu."
"Yaudah, kita balik dulu ya, daahhh Shealyn." Teriak Nisa sambil melambaikan tangan.
Aku hanya membalas lambaian tangan.
Setelah semua selesai, aku bergegas membawa beberapa buku untuk di kembalikan di perpustakaan. Pada saat aku berjalan di koridor, banyak murid memberikan tatapan aneh kearahku, aku melihat baju hingga rokku sepertinya tidak ada yang salah. Lalu kenapa mereka melihatku seperti itu? Tiba-tiba ada seorang anak laki laki berteriak,
"Woyy.. Ada bendera Jepang tuh."
Seketika aku berhenti berjalan, aku menoleh kebelakang melihat rok bagian bawahku. Astaga Shealyn! Aku pun segera berlari menuju toilet, dan ternyata benar aku sedang datang bulan. Aku bingung harus berbuat apa, aku tidak membawa jaket ataupun sweater yang bisa menutupi rok belakangku. Mau tidak mau aku harus sedikit menunggu di kamar mandi untuk memastikan sekitar koridor sudah mulai sepi.