Akhirnya.
Satu kata yang menggambarkan keadaanku saat ini. Iya, saat ini. Aku sudah menjadi murid SMA. Aku masuk di Sekolah Negeri, tetapi aku berpisah dengan ketiga temanku.
Diva, masuk di sekolah SMA yang ada di SMP ku dulu.
Eka, harus mengikuti ayahnya keluar kota. Jadi, mau tidak mau dia harus ikut juga pindah sekolah di luar kota .
Dan Nisa, dia masuk SMA favorit. Ya karena memang dia pintar.
Untuk masuk di sekolah ini, aku harus berdebat dulu dengan Ibu. Sejujurnya aku tidak mau SMA, aku ingin mengambil SMK karena aku ingin mengambil jurusan Akomodasi Perhotelan. Tapi Ibu tidak setuju dengan pendapatku. Kira-kira begini ucapan Ibu waktu lalu,
"Nggak, pokoknya Ibu tidak setuju kamu masuk SMK."
"Kenapa sih Bu? Seharusnya Ibu seneng. Nggak semua anak cewek mau masuk SMK."
"Justru itu kamu perempuan Lyn, Ibu mau kamu kuliah nantinya."
"SMK juga bisa kuliah bu, semua sama aja. Tinggal Shealyn aja niat belajar apa enggak."
"Sekali enggak tetap enggak."
Sepertinya orang-orang masih awam terhadap sekolah SMK, mungkin bagi kebanyakan orang mengira bahwa SMK hanya untuk anak laki-laki, termasuk ibu. Maka dari itu, Ibu tidak mengijinkanku sekolah di SMK. Sejak hari itu, aku ngambek dengan Ibu sekitar 2 hari. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak lama aku dan Ibu juga berbaikan.
Ini sudah seminggu aku menjadi murid baru, aku masih beradaptasi dan belum menemukan teman yang cocok denganku. Aku tipe orang yang pendiam dan pemalu, kalau tidak ada yang mengajakku bicara, ya sudah aku akan diam. Aku sempat mendengar bisik-bisik dari bangku belakang,
"Eh nanti katanya ada anak baru, tapi gak tau deh cewek apa cowok."
Mencari satu teman yang klop saja susah, sekarang ditambah murid baru lagi. Sebenarnya aku sudah kenal dengan murid yang duduk di depanku, namanya Winda. Dia murid yang bisa dibilang pendiam dan kutu buku, tipe-tipe murid rajin dan pintar.
Bel masuk sudah berbunyi, tetapi guru Bahasa Indonesia masih belum datang. Murid-murid masih ada yang duduk di luar kelas, dan ramai. Lalu tidak lama, murid yang duduk di luar kelas langsung berhamburan masuk, karena guru Bahasa Indonesia sudah datang.
"Selamat pagi, anak-anak."
"Selamat pagi, Pak." Ucap kami serentak.
"Saya ada kabar baik hari ini."
"Hari ini pulang cepet ya Pak?" celetuk anak laki-laki yang bernama,Andre. Pak Yanto selaku guru Bahasa Indonesia pun hanya geleng-geleng.
"Jadi, hari ini kalian kedatangan siswi baru. Gia silahkan masuk." Pak Yanto pun mempersilahkan murid baru untuk memasuki kelas.
Semua seisi kelas langsung tertuju pada murid perempuan yang barusan masuk dan berdiri di depan kelas.
"Selamat pagi, perkenalkan nama gu- eh maksud saya Gia. Saya pindahan dari Jakarta, semoga saya bisa diterima baik di kelas ini. Dan bisa menjadi teman bagi kalian semua."
"Baik Gia, kamu bisa duduk di sebelah sana."
Pak Yanto menunjuk bangku ku, yang kebetulan memang kosong tidak ada yang menempati. Gia berjalan mendekati mejaku. Lalu dia berkata,
"Hai, gue boleh duduk disini?"
"Boleh, duduk aja." Jawabku sambil tersenyum ramah.
Akhirnya, Shealyn ada teman sebangku juga. Karena memang seminggu ini aku masih duduk sendirian.
Dia mengulurkan tangan untuk dijabat, "Nama gue Gia, nama lo siapa?"