Tiga tahun sudah aku melewati masa putih abu-abu, masa yang sangat berharga. Aku beruntung sekali memiliki teman seperti Gia dan Ale, yang menerima kurang lebih yang ada pada diriku.
Kami bertiga terakhir bertemu ketika merayakan hari wisuda, dan setelah itu kami sudah mulai sibuk urusan masing-masing untuk mengejar impian.
Sekarang aku sedang mencari kampus yang cocok denganku, tetapi sebetulnya aku sudah memiliki kampus impian, Universitas Airlangga. Disitu aku ingin mengambil prodi Ilmu Komunikasi, alasannya karena aku ingin melatih kemampuan berbicara didepan orang banyak.
Tapi lagi dan lagi, Ibu tidak berpihak padaku. Ibu ingin aku menjadi seorang guru, padahal aku sama sekali tidak ingin menjadi guru.
Gia berkeinginan memilih prodi Sastra Inggris, karena dia ingin mempelajari bahasa inggris secara detail. Dan dia juga ingin melanjutkan S2 ke luar negeri, jadi mau tidak mau dia harus fasih berbahasa inggris.
Dan Ale, ingin melanjutkan di prodi Ilmu Hukum, karena dulu dia pernah bilang "Aku ingin menghukum orang-orang yang pernah menjahatimu." Terserah apa kata dia, karena dia tidak pernah serius dengan ucapannya.
Sekarang aku duduk dimeja belajar sambil memikirkan langkah apa yang harus kulakukan. Rasanya berat kalau menjalankan suatu hal kalau tidak ada niat tulus dari hati.
Aku ingin sekali berontak, aku ingin menyuarakan apa yang ada dikepalaku. Namun disisi lain, aku juga ingin Ibu bahagia karena bangga padaku.
Beberapa waktu lalu, aku sempat berdebat dengan Ibu.
"Ibu cuman mau kamu menjadi guru, Lyn."
"Bu, aku sudah punya impian sendiri."
"Ibu cuman mau nanti kamu hidup enak, Nak. Jadi guru itu sangat mulia, kamu nggak mau?"
"Iya aku tau. Bu, aku hanya ingin menghidupkan mimpiku sendiri Bu. Dulu Ibu selalu bilang mau melakukan apa saja yang penting aku senang, lalu sekarang apa? Bahkan Ibu tidak pernah setuju dengan apa yang sebenarnya aku mau."
"Ibu nggak minta apa-apa sama Shealyn, Ibu cuman mau kamu menjadi guru."
Aku menghela napas panjang, kalau bisa diibaratkan otak dan hatiku saling memperebutkan jalan mana yang akan aku pilih.
Setelah beberapa saat berpikir, sepertinya aku sudah siap memilih pilihan, meskipun aku sendiri tidak yakin dengan pilihan itu.
Aku menuju ruang tamu dengan rasa gugup, aku melihat Ibu sedang duduk menonton tv. Aku duduk di sebelah Ibu sambil menyodorkan laptop yang kubawa,
"Ini apa Lyn?"
Aku menghela napas sebentar,
"Aku sudah memutuskan pilihan yang Ibu mau buat daftar SBMPTN."
Ibu terlihat seperti terkejut,
"Beneran?"
Aku mengangguk cepat.
"Aku milih prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia."
Ibu langsung memelukku sangat erat, "Terima kasih nak."
"Tapi... "
Ibu langsung melepaskan pelukannya.