Aku tidak tahu apa yang aku lakukan. Aku tidak percaya bahwa fakta yang sebenarnya adalah aku, Lea, dan Ale saudara tiri.
"Serius itu adek lo?" Aku masih berusaha meyakinkan bahwa itu tidak benar.
"Iya adek gue, lucu ya? Ya iyalah siapa dulu kakaknya." Ale tampak sangat bangga memiliki adik seperti Lea. Mungkin kalau aku menjadi Ale, aku juga akan membanggakan Lea didepan teman-temanku karena Lea memang sangat menggemaskan.
"Mulai deh reseknya." Entah aku harus merespon apa. Apa harus sepahit ini hidupku sebagai Shealyn?
"Gue kesana dulu ya, kalo lo mau gabung boleh kok. Pasti adek gue seneng."
Aku hanya mengangguk.
Pada saat aku dan Gia selesai makan, aku masih diam dan bengong. Gia yang menyadari itu langsung melambaikan tangannya ke arahku.
"Heh, bengong aja. Kesambet setan sukurin."
Aku menepis tangannya, "Ish.. Apaan sih."
"Eh Gi." Ucapku tiba-tiba.
"Apaan?"
"Tadi gue ketemu Ale."
"Hah? Serius? Dimana? Tadi tuh anak udah gue ajak katanya mau ngajak jalan adeknya."
Aku melirik sebentar ke arah meja Ale, "Itu orangnya disana." Aku menunjuk meja Ale.
Tanpa basa-basi Gia menarik tanganku menuju tempat Ale.
"Hai, boleh gabung gak? Eh siapa ini? Lucu banget." Seketika Lea dan Ale menoleh kearah kami.
"Halo kakak." Lea menyapaku tanpa menyahuti sapaan Gia, dan wajah Ale terlihat bingung.
"Hai, ketemu lagi deh sama Lea." Ucapku seramah mungkin.
Aku dan Gia duduk di hadapan Ale dan Lea.
"Loh kalian saling kenal?" Kini giliran Gia yang nampak kebingungan.
"Kak, inget nggak dulu aku pernah cerita kalau aku pernah ditolongin sama kakak cantik, nah ini kakak yang dulu pernah nolongin aku waktu jatuh." Sahut Lea.
"Kakak ini maksud kamu?" Tanya Ale sembari menunjuk ke arahku.
Dan Lea mengangguk dengan cepat.
"Wah gila, dunia sempit banget ternyata." Kata Ale.
Iya, bahkan lo dan Lea adalah saudara tiri gue, batinku.
"Iya, kok bisa pas gini ya?" Jawabku.
"Halo?"
Aku menoleh kearah Gia yang ternyata sedang mengangkat telepon.
"Sekarang?"
"Yaudah deh, aku pulang sekarang."
"Kenapa Gi?" Tanyaku pada Gia yang kini sedang terlihat terburu-buru.
"Eh Lyn, Sorry banget ya. Gue lupa mau nganterin mama gue arisan, lo pulang sama Ale gak papa kan?"
Tidak, aku tidak mau.
"Gue naik taxi aja Gi."
"Iya biarin Shea pulang bareng gue, kebetulan gue bawa mobil." Sahut Ale tiba-tiba.
"Le..." Aku melotot kearahnya.
"Yaudah deh, gue pulang dulu ya? Bye."
Dasar Gia menyebalkan, kini aku semakin awkward dengan mereka berdua.