VIDE

Savira Aulia Putri Ardini
Chapter #20

20. Akhir dari segalanya

15 menit sudah aku berkutik mengacak-acak isi lemariku. Hari ini adalah hari kakak Ale menikah, yang berarti anak dari Ayahku. Entah aku kerasukan apa waktu itu, sehingga aku menyetujui ajakan Ale ke pernikahan kakaknya.

Dan sekarang hampir sudah semua baju sudah kukeluarkan dari dalam lemari, dan aku masih belum menemukan yang cocok denganku. Aku terkejut ketika Ibu sudah didalam kamarku.

"Astaga, Ibu. Ngagetin aja." Aku mengelus dadaku seperti jantungku mau copot.

Ibu tertawa, "Perasaan Ibu udah lama disini tapi kamu nggak nyadar. Mau Ibu bantu?"

"Boleh. Tapi aku bingun Bu, mau pake yang mana. Perasaan bajuku gini-gini aja." Aku terus mencoba mencocokan bajuku didepan kaca.

"Bentar." Kata Ibu lalu keluar dari kamarku.

Tak lama, Ibu kembali.

"Coba pakai ini." Ibu menyodorkan baju di tas putih yang masih dibungkus plastik.

Aku membukanya dengan hati-hati, dan ternyata itu sebuah Dress. Aku tidak pernah tau Ibu memiliki baju ini.

"Ini punya Ibu?"

"Iya, itu udah dari dulu sih. Tapi Ibu cuman pakai sekali."

"Oh ya? Waktu kapan?"

"Waktu dilamar Ayahmu."

Dengan tidak sabar, aku langsung berlari ke kamar mandi dan mencobanya.

Setelah aku keluar kamar mandi, tatapan Ibu tak lepas dariku. Ibu tersenyum penuh arti,

"Cantik banget anak, Ibu."

"Cocok nggak, Bu?" Tanyaku.

Ibu mengacungkan jempolnya. "Cocok banget."

Aku kembali didepan cermin dan meneliti dress yang ku pakai. Suara ponselku berdering, dan ternyata Ale menelpon.

"Hallo, Le?"

"Udah siap-siap belom? Abis gini kita ke butik dulu ya? Terus ke salon?"

"Ngapain ke butik?"

"Nyobain gaun lo."

"Nggak usah, gue udah ada gaun kok."

"Serius?"

"Iya."

"Yaudah, 30 menit lagi gue otw kerumah lo, terus ke salon."

"Eh tapi-"

Tut. Sambungan terputus.

Dasar, awas saja.

Sambil menunggu dia, aku membereskan kembali lemari pakaianku.

***

Tin tin...

Suara klakson mobil sudah terdengar, Ale memasuki rumahku dengan gaya yang tidak biasa.

Dia mengenakan kemeja putih dan menenteng jas berwarna hitam. Dan rambutnya tidak berantakan seperti biasanya, kini rambut itu sudah tertata rapi.

Tanpa kusadari, aku menatapnya cukup lekat. Dan kenapa aku baru sadar bahwa Ale juga tampan.

"Woy, ngelamun aja lo. Gimana? Ganteng ya gue?"

Aku langsung membuyarkan lamunanku, "Biasa aja." Jawabku mengelak.

"Yaudah yuk berangkat. Eh, Ibu lo mana?"

"Buuuuu... Aku mau berangkat." Teriakku karena Ibu sedang di dapur.

"Iyaa, hati-hati. Jangan pulang malem-malem." Sahut Ibu.

"Berangkat dulu ya, Bu." Ucap Ale berpamitan.

"Iya, Le. Tolong jagain Shealyn."

Setelah masuk mobil, Ale menatapku dengan bingung.

"Loh gaunnya kok nggak lo pake?"

Aku menunjukkan totebag, "Disini gaunnya. Nanti aja pakenya, gue malu."

"Kenapa malu?"

Lihat selengkapnya