"Assalamualaikum, Bu."
"Wa'alaikumsalam, Ibu di dapur sayang." Sahut Ibu.
Pasti kutebak Ibu sedang memasak, aroma masakan Ibu memang tidak ada yang menandingi. Entah itu di restoran mahal sekalipun tetapi sensasinya pasti berbeda.
Rasanya capek sekali seharian mengikuti bermacam-macam acara di sekolah tadi. Setelah di pikir-pikir tidak terlalu membosankan menjadi panitia, sekalian mengembangkan bakat fotografi mungkin. Kurebahkan badanku di kasur kesayanganku ini sambil memikirkan manusia unik tadi, kita baru saja berkenalan beberapa jam tapi rasanya sudah akrab sekali seperti teman lama.
"Shealyn makan dulu, udah siap nih makanannya."
"Iya Bu, sebentar."
"Gimana tadi acaranya, lancar?"
"Alhamdulilah lancar sih, capek juga ya Bu jadi panitia."
"Gak papa, mumpung masih muda banyak banyakin ikut organisasi. Kan siapa tau kamu bisa nambah teman lagi."
"Iya bu."
Setelah Ibu berbicara tentang teman baru, pikiranku langsung tertuju pada manusia itu tadi, Shealyn kamu kenapa sih dari tadi mikirin manusia itu terus?.
"Permisi..."
Tiba-tiba ada orang yang mengetok pintu rumahku.
"Siapa itu Lyn?" Tanya Ibu.
"Nggak tau, Shealyn buka dulu pintunya."
Waktu membuka pintu aku langsung terkejut melihat siapa yang datang. Bagaimana tidak terkejut yang datang itu Rizky Pradipta, iya manusia itu. Kok dia bisa tau rumahku? Apa jangan-jangan dia mengikutiku waktu pulang tadi?.
"Hai.. Ketemu lagi deh sama Ara." Ucapnya tertawa sambil melambaikan tangan.
"Kok Kakak tau rumahku? Kakak ngikutin aku ya?" Jawabku masih tidak percaya.
"Hahaha.. Mana ada saya ngikutin kamu. Ini tadi Id Card mu ketinggalan di kantin, kamu masih butuh ini kan?"
Ya ampun Shealyn kenapa kamu gak sadar sih, jadi orang kok teledor banget.
"Kok bisa ada di Kakak?"
"Jadi gini, waktu kamu tadi ninggalin kantin kebetulan saya balik lagi di kantin soalnya lupa bayar nasi goreng. Eh pas saya liat di meja gak sengaja nemuin itu, terus pas saya baca ternyata itu punya kamu. Besok kan hari minggu tuh? Nggak mungkin kan besok sekolah masuk. Yaudah deh saya anterin ini sekalian mau kerumah temen."
Melihat dia ngomong panjang seperti itu membuat aku bengong, hey bagaimana tidak bengong didepanku ini seperti seorang Pangeran tampan.
Eh apaan sih kok jadi ngaco gini pikiranku.