"Gimana? Seneng Ra?"
"Seneng banget, makasih Kak."
"Loh kok panggil Kak lagi? Kan kemarin sudah saya kasih tau."
"Aku nggak nyaman, kamu sama aku itu beda 4 tahun, masa iya aku manggil nama? Nggak sopan tau."
"Gak papa Ra, mungkin kamu memang belum nyaman sama saya. Saya siap nunggu kok."
Aneh. Itu yang aku rasakan ketika dia bilang begitu. Sebenarnya manusia ini mau nya apa Tuhan? Apa memang sengaja engkau mengirim dia untuk membuat aku kembali percaya?.
"Tadinya saya mau ngajak kamu jalan jalan di Mall, tapi kalau dilihat - lihat perempuan seperti kamu kurang suka berada di tempat yang ramai."
"Iya sih, aku emang enggak terlalu suka jalan-jalan di Mall. Paling kalau lagi di Mall cuman mampir di toko buku sama beli ice cream."
"Ara suka binatang apa?" Tanya nya lembut.
"Dari kecil aku suka sama jerapah, tau nggak kenapa?" Tanyaku.
"Karena jerapah tinggi?" tebaknya.
"Lalu?"
"Hm.. Apa ya?" Jawabnya sambil berpikir. "Oh aku tau. Mereka tinggi tapi nggak sombong sama ketinggiannya, mereka berjalan dengan santai seakan-akan sedang menikmati hidup dan mengambil makanan sesuka hatinya, sekalipun makanan yang dia inginkan itu di pohon yang sangat tinggi mereka akan tetap berusaha untuk mengambil nya." lanjutnya.
Jangan tanya bagaimana ekspresiku saat itu, aku cuman bisa diam mendengar ucapannya barusan.
"Kok melamun? Sudah berapa jawaban yang berhasil kutebak Ra?"
"Sebenarnya Kakak ini manusia apa sih?"
"Saya sama seperti kamu Ra, manusia biasa. Yang pernah merasakan sakit sampai pada akhirnya harus belajar ikhlas."
"Aku nggak ngerti kak."
Ya pada kenyataannya aku memang tidak mengerti, sudah kubilang kan dari awal aku baru saja mengenalnya hari sabtu lalu tapi rasanya seperti berteman bertahun-tahun.
Disela-sela kita berjalan tiba-tiba ada 2 orang anak kecil yang menghampiri kami.
"Kak beli tisunya, kasihan adik saya belum makan." Ya Tuhan, aku tidak kuat melihat kedua anak ini. Dimana orang tuanya yang tega menelantarkan anaknya berjualan demi bisa makan.