Video Terkutuk (Horror One Shot)
Ditulis oleh Winzaldi Nirmansyah
Kelas saat ini sedang jam istirahat setelah mata pelajaran matematika yang diajarkan oleh bu Yati si guru killer. Sebagian anak-anak sedang jajan di kantin sekolah dan sebagian lagi sedang mengobrol sambil duduk di meja. Beberapa anak yang lain sedang bercanda sambil tertawa terbahak- bahak menyebabkan suasana kelas menjadi ramai dan ribut. Namun, di sudut ruang kelas anak-anak berkerumun untuk menonton video di telepon yang dibawa salah seorang anak di kelas. Saat ini menonton video hantu yang ditonton streaming di internet memang sedang populer di kelas, bahkan di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tahu video ini akan memicu suatu peristiwa yang mengerikan.
"Hey Rani! Kamu mau nonton video ini tidak?" panggil Nana pada Rani yang sedang mengobrol bersama Ahmad. Nana adalah teman Rani sejak Sekolah Dasar yang masih berteman dengannya sampai Sekolah Menengah Umum. Penampilannya yang cantik dan berambut panjang membuatnya populer di kelas, belum lagi orang tuanya yang kaya dan memanjakannya. Penampilannya ini sering kali membuat Rani minder dan rendah diri di depan Nana.
Nana memanggil Rani untuk menonton video yang sedang ditonton anak-anak sekelas bersamanya. Sebenarnya niat Nana adalah memamerkan telepon barunya yang memiliki kecepatan internet kencang pada semua anak di kelas. "Rani cepat sini! Aku menemukan video terkutuk yang katanya dapat membunuh penontonnya lho!" Anak-anak yang lain memberi jalan untuk Rani menonton video itu dari telepon baru Nana yang terlihat mulus dan mahal.
"Mana, coba lihat! Aku jadi penasaran ingin lihat video terkutuk itu!" Sebenarnya aku tidak terlalu minat menontonnya, tetapi aku tetap menontonnya karena Nana yang mengajak. "Sebentar aku putar dari awal lagi ya!" katanya sambil tersenyum dan memutar ulang videonya yang langsung di tonton dari media sosial. "Ini!" katanya sambil mendekatkan layar teleponnya padaku. Video itupun dimulai dan anak-anak yang lain mulai numpang nonton di sekeliling diriku dan Nana.
"Don't Open Your Eyes" itulah sebuah kalimat di atas layar hitam selain bahasa Rusia yang tidaj bisa dimengerti. Kemudian muncul siluet seorang pria yang seperti berjalan di tengah badai pasir, kemudian adegan-adegan film horror hitam putih, diganti dengan siluet wajah seseorang berwarna merah terbakar dalam api, terakhir adalah gambar seorang gadis tanpa warna dengan wajah tanpa wajah. Sepanjang video dipenuhi dengan gambar dan adegan tidak jelas yang membingungkan, belum lagi efek suara yang sama tidak jelasnya. Suara gemuruh, suara teriakan, dan suara getaran yang aneh. Walau begitu video itu memang mengerikan dan memang ada nuansa terkutuk di dalamnya.
"Bagaimana?" tanya Nana padaku meminta komentar tentang video itu. "Cuma gitu aja? Kok videonya tidak jelas ya temanya?" tanyaku karena memang tidak mengerti semua hal tentang video ini. "Hahaha... Iya... Videonya memang aneh... Namanya juga video terkutuk!" Ternyata Nana sendiri sama bingungnya denganku , dia murni cuma ingin memamerkan teleponnya.
"Tapi katanya ini video terkutuk, dimana kutukannya?" tanyaku sekali lagi, sekalian aku kepoin si Nana ini. "Katanya orang yang nonton video ini kena kutukan yang membuat penontonnya menderita seumur hidup lho!!!" jawabnya. "Kalau begitu kamu udah buat sekelas dikutuk dong!" kataku sambil bercanda. "Bener banget! Hahaha" balasnya sambil tertawa. Semua anak yang tadi menonton menjadikan video itu bahan candaan dan tertawa cekikikan. Akhirnya jam istirahat selesai, anak-anak mulai belajar kembali. Selama jam pelajaran, Nana terlihat diam dengan mata terbelalak, wajahnya pucat dan keringat dingin mengalir deras.
Rani melihat keadaan Nana yang aneh dengan seribu pertanyaan di kepalanya. "Pssst!! Nana!! Kamu kenapa? Kamu nggak apa-apa?" bisik Rani pada Nana dari bangku sebelah. Nana menengok ke arah Rani, "I... Itu... Di depan..." jawabnya dengan gagap. Rani melihat ke depan kelas dan ke sekeliling ruangan, tidak ada yang aneh atau sesuatu yang menakutkan. "Kamu lagi bercanda ya Na? Nggak ada apa-apa kok!!" Rani masih bingung dan kembali bertanya pada Nana. "I... Itu di..." pada saat menengok, tiba-tiba di depan wajahnya Nana sebuah wajah yang rata dan mengerikan berada tepat di depan batang hidungnya. "KYAAAA..." teriaknya hingga terjatuh dari kursi. Seketika suasana kelas menjadi ribut karena teriakan Nana, bahkan guruvmenghampiri dan berusaha menenangkannya. Rani ikut menenangkan Nana sambil bingung karena tidak melihat apa yang dilihat Nana.
Sepulang sekolah, setelah mengantar Nana ke rumahnya, Rani pulang ke rumahnya sendiri. Malamnya Rani terus memikirkan tentang Nana, perilakunya benar-benar aneh dan tidak biasa. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, kedua orang tua Rani sudah tidur, dan Rani bersiap untuk tidur. Rani meraih saklar lampu lorong di luar kamarnya. KLIK!! Suara saklar lampu saar Rani mematikannya, seketika lorong menjadi gelap hanya menyisakan cahaya lampu dari dapur yang selalu menyala. Namun, bersamaan dengan Rani mematikan lampu, dari sudut matanya Rani melihat bayangan hitam berdiri di lorong. Secara reflek Rani menengok ke arah bayangan itu dan kembali menyalakan lampu dengan mata terbelalak. Namun, tidak ada apapun di sana, tidak ada bayangan atau apapun. Rani dengan bingung kembali mematikan lampu dan pergi tidur.
Malam itu Rani tidak bisa tidur dengan tenang, wajahnya tegang dan pucat, suara erangan keluar dari bibirnya, ditambah lagi dengan keringat yang membanjir. Rani mengalami mimpi buruk yang sangat mengerikan. Dalam mimpinya dia berada dalam kegelapan yang pekat, sesaat kemudian muncul magluk mengerikan seperti yang berada dalam video terkutuk dari Nana. Mahluk dengan mata besar, berlengan panjang, yang menyeringai dan hendak menyerangnya. Belum lagi adanya mahluk seperti bayi yang memiliki sebuah tanduk di kepalanya. Bayi itu menggantun di kaki Rani, menyebabkan dia sulit untuk berlari. Seketika Rani terbangun dengan teriakan dan keringat yang membanjirinya.
Keesokan harinya Nana tidak masuk sekolah, anak-anak sekelas menjadi ribut karena rumor bahwa Nana tidak masuk sekolah karena video terkutuk miliknya."Pssst! Mad kenapa mereka semua tampak sangat tegang karena Nana tidak masuk sekolah?" tanya Rani pada Ahmad yang duduk di sebelahnya. "Kamu tidak tahu? Semua anak yang menonton video Nana kemarin mengalami kejadian aneh dan mimpi buruk, dan sekarang Nana tidak masuk, mereka menduga ada yang tidak beres dengan Nana." Ahmad menjawab pertanyaan Rani dengan gamblang. "Benarkah? Aku juga mengalaminya! Aku jadi takut" Rani merasa resah dan takut dirinya sudah dikutuk video Nana. Ahmad melihat Rani yang wajahnya berubah pucat dengan khawatir. "Bagaimana kalau sepulang sekolah kita ke rumah Nana saja? Untuk sekedar menengok saja." Usul Ahmad pada Rani. "Baiklah..." Rani menjawab sambil tersenyum tipis.
Sepulang sekolah Rani dan Ahmad berada di depan apartemen Nana. "Waaaw... Ternyata Nana memang anak orang kaya ya?" Ahmad terkesima dengan apartemen tempat tinggal Nana. "Memang dan dia dia tinggal di lantai tujuh, lantai paling atas!" Rani membalas Ahmad sambil menarik tangannya dan menunjuk ke atas. "Semoga ada liftnya..." Ahmad masih bengong, Ahmad memang baik tapi agak sedikit kampungan.
Di depan tempat tinggal Nana, Rani menekan bel rumahnya. Sesaat kemudian keluarlah ibu Nana yang berpakaian modis. "Ah nak Rani, terimakasih sudah datang... silahkan masuk." sambutnya. "Teeimakasih tante... Nana nya ada?" tanya Rani pada ibu Nana sambil masuk ke dalam rumah bersama dengan Ahmad. "Oh iya ini Ahmad teman sekelas Nana juga." Rani memperkenalkan Ahmad pada ibu Nana. "Oh salam kenal nak Ahmad, silahkan masuk saja, anggap saja rumah sendiri." balas ibu Nana pada Ahmad. "I... Itu Nana ada di kamarnya, sepertinya dia sedang ada masalah..." ibu Nana menunjuk ke arah kamar Nana, jelas terlihat dia merasa ada yang salah dengan Nana. "Ada masalah apa tante?" tanya Rani lagi. "Tante juga tidak tahu... Masuk saja langsung ke kamarnya Nana." Rani dan Ahmad pun masuk ke kamar Nana dengan pertanyaan dalam pikiran mereka. Di dalam karmar, Nana sedang duduk meringkuk di atas ranjang dengan wajah pucat seperti habis melihat hantu.
"Nana? Kamu kenapa tidak masuk sekolah? Kamu sakit?" tanya Rani berusaha memuaskan keingin tahuannya tentang Nana. Nana langsung memeluk Rani, dan Rani dapat merasakan tubuh Nana yang bergetar. "A... Aku takut..." kata Nana dengan suara pelan dan gemetar. "Takut apa?" Rani kembali bertanya pada Nana. "Ayo... Ceritakan padaku... Ayo duduk dulu." Rani menyarankan Nana duduk di tempat tidur agar lebih tenang. "Ya... Ayo ceritakan dulu pada kami, mungkin kami bisa bantu." Ahmad juga berusaha menenangkan Nana yang tampak sangat ketakutan.
Setelah mereka bertiga duduk, Nana mulai bercerita, cerita yang sangat ganjil.