Hari minggu kemarin telah membuat hatinya Tamira harus sedikit bersabar, walau tidak jadi dirinya akan diletupkan mutahan panas dari ujung laras panjang cintanya Bram. Tapi hati Tamira harus tetap dingin bersabar dan pastinya akan ada hari minggu selanjutnya, dimana pastinya Bram akan mengajak jalan-jalan lagi dan pastinya akan menembak hatinya kembali.
Langit tidak terlalu cerah dihari senen pagi, maklum karena masih pagi. Lihat saja awan kelabu masih malas beranjak pergi, padahal sinar matahari sudah terlihat dari celah-celahnya. Rasanya malas sekali Tamira turun dal mobil, padahal sudah sampai di Sekolah SMA Garuda Bangsa.
Selasar halaman parkirnya luas sekali. Banyak pilar tiang menopang bangunan sekolah bertingkat lima. Warna cat semuanya hampir dominan putih dan berjendela warna stenlis terlihat disetiap kelasnya.
Deretan mobil mewah sudah berjejer rapi terparkir disudut kanan ujung selasar halaman sekolah, terlihat pantulan kacanya mengkilap ketika terkena colekan sinar matahari mulai berani menampakan
"Brak" kayaknya masa bodohnya Lusy sudah keluar dari dalam mobil setelah tangan kanannya menutup pintu mobil sedang warna puti. Sesaat dua matanya sinisnya melirik kearah Tamira masih terduduk dijok belakang barisan belakang, kacanya terbuka.
"Non Tamira tidak turun?" ucap Kusdi terduduk di belakang kemudi setir mobil sambil tangan kirinya meluruskan kaca spion tengah masih terduduk Tamira masih belum turun.
"Udah siang, Non," ucap lagi Kusdi seraya halus meminta Tamira lekas turun dari mobil. Padahal sudah banyak siswa/i berdatangan dan hampir memenuhi lapangan sekolah. Bila dilihat dari atas, hampir putih abu-abu mewarnai halaman sekolah yang ditengahnya berdiri menjulang tinggi, tiang Bendera Merah Putih, Bendera Kebanggaan Bangsa Indonesia terus berkibar seraya tersenyum bangga.
"Kok kenapa jadi begini, hati gua ngerasa malas bangat buat sekolah?" guman Tamira didengar Kusdi tersenyum.
"Malas bangat saya, Mang Kusdi. Saya libur saja, ya hari ini?" gerutu sambil melirik Kusdi tersenyum saja menoleh pada Tamira.
"Ini'kan sudah sampai sekolah, Non. Ya, tanggung kalau Non Tamira mau bolos sekolah. Sudah turun saja sana. Tuh Non Lusy," sahut Kusdi sesaat menoleh pada Tamira lalu telunjuk jari tangan kanannya menunjuk kearah luar kaca mobil. Benar saja Lusy sudah berjalan bersama teman-temannya.
"Nanti kalau Non Tamira tidak sekolah, malahan Mang Kusdi yang bakalan di marahin sama Ayah dan Ibunya, Non Tamira." sambil menoleh lagi Kusdi kearah Tamira, tangan kanannya mulai menyentuh knop handle pintu mobil terbuka. Tersenyum Kusdi saat kaki kirinya Tamira menyentuh lapangan sekolah lalu kaki kanannya juga sudah tidak sabaran ingin cepat ikut melangkah.
"Brak" suara pintu ditutup.
Sesaat Tamira berdiri berdiri disamping kiri mobil.
"Teng ... Teng ..." suara bel sekolah berbunyi.
"Non, itu belnya sudah berbunyi," diingatkan lagi Kusdi tersenyum saat dua langkah kaki Tamira berjalan cepat susuri lapangan sekolah, terlihat siswa/i berlarian masuk kedalam kelas masing-masing.
"Pokoknya kamu tenang saja, Bram," tandas Rania melirik Astro tersenyum duduk berhadapan dengan Bram sambil melirik jam dinding sudah menunjukan pukul 07.15 pagi, pastinya dirinya sudah telat berangkat sekolah. Padahal Bram sudah siap-siap dengan seragam putih abu-abunya akan berangkat sekolah, karena dihubungi Rania dirinya harus mampir dulu menemuinya.
"Kok kenapa jadi begini? Padahal gua ngak cinta sama Lusy?" guman dalam hati Bram makin bingung, bila dirinya akan dijodohkan dengan Lusy.
"Tapi Tante?" beranikan dirinya mulut Bram membantah sampai bibir cangkir tidak jadi menyentuh bibir kecil Bram beratap kumis tipis itu. Cangkir masih terisi penuh mengepul uapnya teh manis malahan tidak jadi diminumya dan kembali diletakan pada meja.
"Om sangat mengerti, Bram, apa yang sedang kamu pikir'kan. Kamu sangat mencintai sekali pada Tamira. Tapi Om dan Tante lebih mau kamu dengan Lusy saja. Pokoknya kamu mau minta apa saja, kami berdua akan penuhi kok," semakin di perjelas Astro, tapi makin bingung Bram masih melirik lagi jam dinding sudah meenunjukan pukul 7.30, artinya Bram pasrah bila hari ini dirinya tidak sekolah, percuma saja dirinya bila di paksakan berangkat kesekolah akan tetap telat juga.
"Tante tetap mau kamu dengan Lusy, Bram." beranjak bangun Rania lalu duduk di samping Bram makin tergurat kebingungan tampak pada wajahnya. Tapi tidak pada Rania hanya senyum-senyum melirik Astro tersenyum pada Bram makin bingung tidak tahu sebenarnya apa yang sedang direncanakan dengan Rania dan Astro sampai-sampai mereka kekeh mau menjodohkan dirinya dengan Lusy, gadis yang sama sekali tidak dicintainya.
Kelas sudah di penuhi siswa/i siap-siap akan belajar. Berapa kali sejak dari tadi pandangan wajah Tamira melirik kearah kursi kosong sisi kanannya, biasanya itu selalu diduduki Bram. Makin bingung Tamira kenapa Bram tidak masuk dan tidak ada kabar, padahal hatinya masih menanti dan menunggu Bram.