VIN

Sathya Vahini
Chapter #2

Pergi

Gadis itu kini berdiri di hadapannya. Stevina beranjak bangun dari duduknya.

"Stevi.." Dengan mata sembab, Siska menatap Stevina dengan wajah penuh penyesalan. Stevina menatap Siska dingin.

Siska mencakupkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Please, dengerin penjelasan gue."

Stevina mengalihkan pandangannya. Rasanya dia ingin pergi saja dari hadapan Siska yang membuatnya merasa muak walau hanya melihat wajahnya saja.

Siska meraih kedua tangan Stevina. "Please, jangan kacangin gue. Lo perlu tau kebenarannya."

Stevina melirik kedua tangannya yang dipegang Siska. Ia akhirnya sudi menatap Siska.

"Gua sengaja lewat sekolah dan ngeliat lo sendiri. Jadi gue memberanikan diri buat nemuin lo. Gue mohon, lo mau dengerin gue."

Stevina mengangguk. Walau hanya setengah niatnya untuk mendengarkan penjelasan Siska. Stevina mengisyaratkan Siska untuk duduk di sebelahnya.

Siska duduk dengan sedikit gemetaran. "Ini semua terjadi waktu kelas gue ngadain party di vila. Gue denger, lo sama David lagi bertengkar waktu itu. David nelpon lo terus tapi ga pernah lo respon. Akhirnya dia milih minum sama temen-temennya. Terus.." Siska memejamkan mata. Berusaha mengatur napasnya.

"Gue papasan sama David dalam keadaan dia mabuk berat. Dia bahkan manggil gue dengan nama lo. Dan dia.. Dia akhirnya ngelakuin hal yang ga pantes itu. Dan gue juga lepas kendali."

Stevina memejamkan mata. Telinganya terasa panas. Dadanya semakin sesak.

Siska memberanikan diri menggenggam tangan Stevina. "Gue ga pernah ada maksud ngerusak hubungan lo. Gue juga masih mau sekolah," isak Siska.

Ingatan Stevina melayang pada saat itu. Memang ia sedang bertengkar hebat dengan David saat itu. Tapi hubungan mereka sudah baik kembali. Sampai akhirnya hari ini tiba dan mengubah segalanya. Stevina beranjak bangun. Tidak tahu harus berkata apa.

"Gue ga bisa maksa lo buat maafin gue. Yang penting lo udah tau kebenarannya." Siska ikut bangun dari duduknya.

"Satu lagi Stev. Lo perlu tahu. Kalau udah berduaan, persetan dengan segalanya. Ga ada yang bisa nolak David." Siska tersenyum licik.

Ucapan Siska refleks membuat Stevina menatapnya tajam. Ucapan macam apa itu?

"Maaf," ucap Siska tertunduk.

"Sebentar lagi Lisa dateng. Mending lo pergi daripada lo..."

"Siska!!" pekik sebuah suara.

Baru saja dibahas, Lisa sudah datang dengan tatapan buasnya.

Lisa yang tengah dikuasi amarah, mendorong tubuh Siska.

"Gatau diri lo. Ngapain lo ke sini lagi?! Sekolah udah ga nerima lo!"

"Lisa stop," lerai Stevina. Ia memegang kedua bahu Siska. "Lo pergi sekarang."

Lihat selengkapnya