Di suatu rumah sakit ternama, seorang laki-laki berumur 35 tahun bernama Dimas Prasetya sedang gelisah. Dia sedang menunggu kelahiran anak ke-empatnya. Istrinya sedang berjuang di dalam ruang operasi. Dia tidak diizinkan masuk, karena kondisi istrinya sedang kritis. Dia semakin gelisah, ketika melihat ketiga putranya yang sedang duduk disampingnya sekarang. Mereka juga ikut gelisah menunggu ibu dan adiknya, meskipun dengan perasaan yang berbeda-beda.
Putra pertamanya berumur 8 tahun, dia bernama Gautama Danu Prasetya, dia baru kelas 2 ditingkat Sekolah Dasar. Meskipun, dia masih kecil, namun dia paham dengan apa yang terjadi. Dia juga mengkhawatirkan ibunya. Dia takut ibunya kenapa-napa. Disisi lain, dia juga merasa senang karena akan memiliki seorang adik lagi. Di tengah kekhawatirannya, dia berjanji akan menjaga dan melindungi adiknya, asalkan ibunya selamat. Dia memejamkan mata, memohon agar semuanya baik-baik saja.
Putra keduanya bernama Gandhiraja Danu Prasetya, berumur 6 tahun, dia baru bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Dia memandangi kakaknya yang sedang memejamkan mata. Dia belum mengerti apa yang terjadi. Dia hanya merasa senang karena akan memiliki seorang adik lagi. Dia merasa senang, dan berjanji akan selalu menyenangkan adiknya yang akan lahir hari ini.
Putra ketiganya bernama Ramaraja Danu Prasetya, baru berumur 4 tahun. Dia sedang lucu-lucunya, banyak hal yang sangat ingin dia ketahui. Malam itu, dia sama sekali tidak penasaran dengan apa yang terjadi. Dia hanya tertarik melihat cahaya redup lampu lorong rumah sakit. Seorang nenek berbaju merah yang duduk di kursi lorong tersebut, juga menarik perhatiannya. Nenek itu tersenyum kepadanya.
Sang ayah memperhatikan ketiga putranya, berdoa dalam hati supaya istri dan anak tercintanya baik-baik saja dan tidak meninggalkan mereka. Dia merasa bersalah kepada Tamara Pratiwi, wanita tercintanya yang sedang berjuang di ruang operasi. Dia berkali-kali mengusap wajahnya, dia tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Diam-diam dia berjanji dalam hati, jika anak dan istrinya selamat, dia akan menuruti apapun permintaan anaknya yang ke-empat. Dia akan menyayanginya sepenuh hati dan membiarkan dia melakukan apapun yang dia inginkan.
Permintaan seorang ayah tidak akan ditolak oleh semesta. Tiba-tiba dokter yang mengoperasi istrinya keluar dan menghampirinya. Dokter itu memberikan kabar yang baik, bahwa Tamara dan putrinya selamat. Seketika itu, laki-laki yang kini menjadi ayah dari seorang putri itu berlari menuju ruangan istrinya yang sudah dipindahkan ke ruang inap, diikuti oleh ketiga putranya.
Istrinya belum sadar, karena masih terpengaruh obat bius. Seorang perawat datang menghampirinya, “Maaf, Pak. Putri bapak sedang diperiksa oleh dokter.Dia tidak menangis ketika lahir. Sehingga, harus diperiksa kembali,” jelas perawat itu.
Prasetya kembali gusar, dia sangat takut putrinya kenapa-napa. Dia menunggu di ruangan istrinya bersama ketiga anaknya. Kali ini, putra ketiganya tertidur lelap dipangkuannya. Sedangkan, kedua kakaknya duduk menatap ibunya yang sedang tertidur.