Vina berjalan mengitari kamarnya yang sudah dia rindukan beberapa bulan terakhir. Dia selalu rindu bisa tidur di tempat ini. Menikmati pagi yang indah, melihat pemandangan kesibukan orang-orang di luar sana dari jendela kamarnya. Dia sangat menikmati ketika melihat orang lain sibuk. Pertanda bahwa masih ada harapan untuk kehidupannya. Orang sibuk akan selalu berusaha membagi waktu dengan benar, menjaga diri agar tetap sehat, dan menyayangi diri sendiri dengan melakukan apa yang perlu diupayakan.
Selama bertahun-tahun dia selalu bangga melihat keluarganya. Dia bangga melihat ayahnya yang selalu bekerja keras di perusahaan makanannya. Ibunya yang selalu sibuk dengan perusahaan majalahnya. Kak Tama yang selalu sibuk dengan urusan di depan layar kamera. Kak Gandhi yang sibuk dengan bernyanyi dan menghibur orang. Kak Rama yang selalu sibuk dengan perusahaan humasnya. Kesibukan mereka, membuat Vina merasa perlu untuk menyibukkan diri juga, agar tidak merasa sendirian.
Sejak kecil, gadis ini selalu terbiasa untuk melakukan apapun sendirian. Dia tidak mau bergantung pada orang tua dan kakak-kakaknya, karena dia tahu mereka sibuk. Saat dia berumur lima tahun dan baru bersekolah di taman kanak-kanak, dia sudah berangkat sekolah sendiri, mengerjakan PR sendiri, menyiapkan baju sekolah sendiri. Dia tidak mau merepotkan orang lain. Namun, bukan berarti dia diabaikan oleh keluarganya. Ayah dan ibunya selalu meluangkan akhir pekan untuk berkumpul bersama. Begitupula ketiga kakaknya, mereka selalu meluangkan waktunya untuk Vina seberapapun sibuknya mereka. Saat masih kecil, mereka selalu bermain berempat tak pernah terpisahkan.
Saat Vina berumur 10 tahun kakaknya yang pertama sudah mulai masuk kedunia industri film. Terkadang, Vina ikut menemani kakaknya, membantu kakaknya menghafal naskah, memilihkan baju, mengarahkan gaya dan menghibur kakaknya yang kelelahan karena harus shooting seharian. Tama merasa senang jika ditemani oleh adiknya. Sampai sekarang pun begitu, jika sempat Vina akan menemani kakaknya di lokasi shooting, bahkan dalam memilih peran yang akan diambilnya, Tama akan berdiskusi dulu dengan adiknya. Dia sangat percaya dengan selera adiknya tentang film. Bahkan karena bakatnya dalam hal film, membuat Vina dipercaya membantu pamannya yang merupakan sutradara film handal.
Tidak hanya dengan kakak pertamanya saja, Vina juga memiliki hubungan dekat dengan kakaknya yang kedua. Gandhi juga sering mengajak Vina untuk menemaninya mengisi acara. Vina memiliki suara yang indah, namun dia tidak pernah mau jika diajak bernyanyi di depan orang banyak. Jadi, yang pernah mendengar suaranya hanya keluarganya saja. Bahkan, Gandhi sengaja merekam suara Vina hanya untuk didengarkan ketika dia rindu pada adiknya. Vina juga handal dalam membantu kakak keduanya. Dia handal dalam mengatur jalannya acara, bahkan ketika Gandhi mengadakan konser perdananya. Gandhi mempercayakan adiknya mengatur semuanya. Saat itu, umur Vina baru enam belas tahun, tentunya banyak yang meremehkannya saat itu karena dianggap masih kecil. Namun, Gandhi mempercayai adiknya, dia tidak meragukannya sedikitpun. Terbukti dengan banyaknya penonton yang hadir di konser itu dan Vina berhasil melakukannya.
Kakak ketiganya, Rama paling dekat dengan Vina. Rama jarang meminta tolong pada Vina jika tidak terlalu mendesak. Pernah Vina diajak kakaknya untuk meeting dengan klien yang susah sekali diajak bicara. Namun, saat itu Vina berhasil membuat klien itu berbicara. Rama pun heran bagaimana Vina bisa memiliki kemampuan itu. Bagi Rama adiknya adalah seorang Dewi Keberuntungan.
Begitulah Vina di mata ketiga kakaknya. Tidak hanya ketiga kakaknya, bahkan ayahnya begitu percaya dengan kemampuan Vina. Ayahnya membangun restoran di Bandung dan membiarkan Vina mengurusnya. Semuanya berjalan baik-baik saja. Ibunya belum pernah memintanya untuk terjun langsung dalam perusahaan ibunya. Sebenarnya, Vina juga penasaran kenapa ibunya tidak pernah memintanya untuk membantunya.