Vino dan Estelle

Endo Mi
Chapter #1

Chapter 1: Vino

Seorang pria berkemeja rapi terlihat memarkir motornya di pelataran parkir di sisi sampinng kantor bertuliskan TITANIC ELEVEN, tempat di mana ia bekerja. Setelah menyimpan helemnya, ia sedikit menyisir rambut dengan tangannya, kemudian berjalan menuju bangunan.

"Selamat pagi, Mas Vino," sapa seorang satpam yang sedang berjaga.

Pria itu tersenyum dan menjawab, "Selamat pagi juga, Pak Slamet."

Ya, pria itu bernama Vino, seorang karyawan berusia 25 tahun.

***

Pukul 12.00 adalah waktunya istirahat. Vino berjalan keluar dari gedung Titanic Eleven dan menyeberang jalan, menuju warung nasi yang berada di seberang kantornya. Perusahaannya tidak menyediakan makan siang. Namun, sebagai gantinya, para karyawan Titanic Eleven diberikan uang tunjangan makan siang sebesar dua puluh ribu per hari. Vino seperti kebanyakan karyawan yang lain, lebih memilih makan di warung nasi yang lebih praktis dengan harga bersahabat.

Setelah makan, Vino menghampiri seorang pedagang buah potong yang kebetulan sedang mangkal di situ. Di sebelahnya berdiri pula seorang penjual ikan hias.

Vino mengambil sepotong semangka berwarna merah segar. Ia duduk dan mulai memakannya seraya mengamati ikan-ikan cupang hias yang dipajang di sepeda.

"Bang," kata Vino, "abang berdua ini apa enggak kebalik, ya?"

Kedua pedagang menoleh ke arah Vino. "Iya, Mas?"

"Abang jualan buah di akuarium, tapi Abang yang ini jualan ikan hias malah diplastikin. Apa enggak kebalik, ya?"

Si Abang buah potong tersenyum dan menjawab, "Pakai akuarium kan biar kelihatan, Mas. Biar orang tertarik beli. Kalau pakai boks nanti malah enggak kelihatan, nanti malah dikira jual barang selundupan, hihi." Jawabnya sambil mengikik.

Si penjual ikan hias ikut menjawab pula, "Yakali saya bawa-bawa akuarium, yang ada malah repot, Bang. Berat. Lagian kalau disatuin ikan cupangnya pasti pada berantem.Jadinya diplastikin satu-satu, lebih aman. Mengurangi risiko akuarium pecah juga.

"Oh, gitu." Vino mengangguk seraya menggigit potongan buah semangka. Kemudian katanya, "Abang berdua pernah ngitung biji semangka, belum?"

Lihat selengkapnya