"Makan terus, nanti jadi kayak ikan buntal! Aku enggak suka punya istri gendut!" seru Vino pada istrinya. Dia kesal karena istrinya kalau makan doyan sekali menghabiskan beras.
Namun, Vino tak menyadari bahwa ucapannya itu secara diam-diam didengar oleh Megaludin, sang Roh Raja Lautan seantero bumi. Vino pun harus rela saat tiba-tiba istrinya benar-benar berubah menjadi seekor ikan buntal. Tubuhnya gendut, bulatm dan berwarna oranye. Meskipun terlihat lucu dan menggemaskan, tetapi ucapan Vino yang menjadi kutukan itu benar-benar membuatnya sedih. Padahal Vino dan istrinya baru saja menikah seminggu yang lalu.
Vino segera menyadari kekhilafannya. Dia langsung jatuh tersungkur, langsung bertaubat dan berharap istrinya bisa kembali menjadi manusia. Namun, kutukan sudah jatuh. Kutukan tetaplah kutukan.
Megaludin, sang Roh Raja Lautan seantero bumi, melihatnya dengan rasa iba. "Makanya, Bro, kalau ngomong jangan sekata-kata. Apalagi sama istri sendiri. Yang sudah terjadi ya sudah, diikhlaskan saja," ucapnya.
"Hu-hu-huaaa!" Vino menangis sesenggukan.
"Sesungguhnya, jika kamu bersabar, kutukan itu akan hilang dengan sendirinya, setelah sepuluh tahun," tambah Megaludin.
"A-apa?! Sepuluh tahun?!"
"Iya."
"Enggak bisa kurang?"
"Memangnya lagi belanja sayur?! Tidak bisa!" tolak Megaludin yang berperawakan besar dan berwarna biru pucat. Taringnya mencuat keluar mirip genderuwo.
"Pliss, akan saya lakukan apapun demi istri saya tercinta supaya dia bisa berubah jadi manusia lagi," rengek Vino.
Megaludin, sang Roh Raja Lautan seantero bumi menggeleng dengan mantap. "Maaf."
Vino pun pasrah setelah permintaannya ditolak. Kenyataan yang dialaminya sungguh membuatnya sedih. Ia menjalani hari-hari di saat benih-benih cinta sedang subur-suburnya. Dirinya dihadapkan pada keadaan di mana tak ada apapun yang bisa dia lakukan. Istrinya yang kini berwujud seekor ikan, meskipun cantik tapi tetap saja ikan, hanya bisa berenang dengan anggun di dalam sebuah stoples bulat berbahan kaca.
"Semangka, semangat, Kakanda," ucap istrinya melalui telepati kepada Vino.
Vino mengusap-usap stoples kaca sambil memandang istrinya dengan penuh rasa sayang. "Iya, makasih, Beb. Maafin aku udah bikin kamu jadi begini." Dia tidak bisa mengecup istrinya dalam bentuk ikan buntal karena takut keracunan.
Hari demi hari, bulan, dan tahun terlewati. Vino merawat dan menemani istrinya dengan penuh rasa tulus dan kasih sayang. Makin hari ia makin mengerti arti kesabaran yang harus dijalaninya. Berat memang, tapi tak mengapa. Yang penting istrinya kelak bisa kembali lagi menjadi manusia.