"Kau tidak akan bisa lari dariku, Anastasia," kata seorang laki-laki sambil berkacak pinggang.
Sepasang mata beriris hijau itu memicing dingin pada wanita tua yang tersungkur di hadapannya. Bibirnya terkatup rapat membentuk garis tipis tanpa lekuk, mengisyaratkan tiada belas kasihan.
"Sampaikan salamku pada Imoreti," ujar wanita tua itu tanpa rasa takut sedikit pun.
Laki-laki berjubah hitam itu segera mengangkat kedua tangannya ke udara. Ia bergerak membentuk sebuah kode pagan rumit yang hanya bisa dilakukan oleh seorang warlock.
Mantra dalam bahasa Georgia kuno terucap dari mulutnya. Bagaikan gas beracun yang terus membumbung tinggi ke udara dan akhirnya berubah menjadi kilatan cahaya yang membelah langit.
Wanita itu mendongak memandang angkasa, membuat rambut merahnya yang sebagian beruban berkibar tanpa arah.
Seketika itu ia tercekat! Udara di sekitarnya tersedot ke atas dan perlahan menjadi hampa. Demikian juga dengan tenaga yang seolah diserap oleh kekuatan lain. Wajahnya memerah, napasnya tersengal-sengal. Serta merta satu tangannya memegangi tenggorokan seperti tercekik. Sementara tangan lainnya mencengkeram rerumputan yang mulai layu dan menghitam seperti habis terbakar.
Beberapa saat kemudian, tangan laki-laki itu seolah menggenggam erat sesuatu dan mencabutnya keras-keras ke atas.
"Aaaarrgghh!" jerit wanita itu pilu. Seakan isi jiwanya telah lepas, meninggalkan sesosok tubuh lemah tak berdaya.
"Selamat tinggal, Anastasia," bisiknya lirih.
Laki-laki berjubah hitam itu berjongkok seraya membalikkan tubuh wanita yang tadinya tertelungkup itu. Sebuah senyuman samar terlintas setelah mendapati tak ada denyut nadi di leher wanita bergaun ungu itu.
Segera digambarnya sesuatu di tanah menggunakan jari kelingking kiri dan didorongnya gambar itu hingga melesak ke dalam tanah. Ketika telapak tangannya diangkat, muncul sebuah lubang layaknya jendela.