VIONA: Di Antara Dua Cerita

Anoi Syahputra
Chapter #3

Sebuah Kebetulan Yang Terencana

Keesokan paginya, Viona bangun lebih awal dari biasanya. Pikirannya, yang semalam penuh dengan bayangan Arya dan omongan Amel, terasa membekas.

Ia menghela napas panjang, berusaha mengabaikan perasaan yang terus mengganggu.

Setelah bersiap-siap, ia mengambil kunci mobil dan keluar dari apartemennya yang terletak di lantai tiga.

Udara pagi yang masih sejuk terasa menyegarkan saat ia melangkah ke area parkir.

Begitu masuk ke mobil, ia menyalakan mesin dan membiarkan musik pelan mengalun dari radio. Tapi pikirannya masih mengawang, tak bisa benar-benar terfokus.

Jalanan pagi ini cukup ramai, kendaraan berlalu-lalang dengan ritme khas di jam kerja.

Viona menyetir dengan tenang, hingga di sebuah persimpangan, lampu lalu lintas berubah menjadi merah.

Ia berhenti, matanya tanpa sengaja melirik pengendara motor di sebelahnya.

Dan saat itu juga, jantungnya terasa berhenti sesaat.

Di antara deretan kendaraan yang menunggu lampu hijau, matanya menangkap sosok yang sangat familiar.

"Itu... Arya?" batinnya.

Tangan Viona tanpa sadar mencengkeram setir lebih erat. Ia menatap sosok itu lebih lama, mencoba meyakinkan diri.

Namun, sebelum ia sempat memanggilnya atau sekadar membunyikan klakson, lampu hijau menyala.

Pria itu langsung menarik gas dan melaju, menghilang di antara kendaraan lain yang mulai bergerak.

Viona tetap diam di tempatnya selama beberapa detik, otaknya masih mencoba memproses apa yang baru saja terjadi.

Sebuah klakson dari mobil belakang menyadarkannya. Ia buru-buru menekan pedal gas, mengikuti arus kendaraan yang mulai berjalan.

Tapi kali ini, pikirannya benar-benar buyar.

'Apa itu benar Arya? Kenapa gue nggak langsung manggil tadi?' pikirnya sambil menghela napas berat.

Sepanjang perjalanan ke kantor, perasaan tak menentu itu terus membayangi.

Seperti ada sesuatu yang terlewat begitu saja, seperti kesempatan yang hilang begitu saja.

***

Sesampainya di kantor, Viona mencoba menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi bayangan Arya. Ia duduk di meja kerjanya, mencoba fokus pada pekerjaan yang menunggu.

Brian, yang sudah lebih dulu tiba, menoleh dan menyapanya dengan nada ringan.

"Pagi, Vi. Tumben datang lebih pagi?"

Viona meletakkan tasnya di meja lalu duduk, berusaha terlihat santai.

"Nggak juga. Jalanan nggak terlalu macet aja tadi."

Brian mengangkat alisnya seolah tak percaya.

"Wah, keajaiban nih kalau pagi-pagi jalanan kota ini nggak ada macet."

Viona hanya tersenyum tipis, lalu membuka laptopnya. Brian masih menatapnya sejenak, sebelum akhirnya kembali fokus pada pekerjaannya.

Namun, meskipun ia berusaha menyibukkan diri, pikirannya tetap saja kembali ke sosok Arya yang semakin sering muncul di kepala.

***

Lihat selengkapnya