VIONA: Di Antara Dua Cerita

Anoi Syahputra
Chapter #8

Di Antara Dua Waktu

Jam dinding di sudut dapur menunjukkan pukul 06.35 ketika Viona menuang kopi ke cangkir putih polos kesayangannya.

Pagi itu masih sedikit dingin, hawa yang belum sepenuhnya hangat, dengan sinar matahari yang menembus tirai tipis, membentuk bayangan lembut di meja makan.

Viona duduk diam, hanya memandangi uap dari permukaan kopi yang mengepul, seolah mencoba merangkai pikiran yang tak kunjung datang. Ponselnya tergeletak di samping laptop yang belum dinyalakan.

Biasanya, pagi-pagi begini, ia sudah memulai hari dengan membuka email, menyusun outline artikel, atau sekadar scroll timeline yang tak pernah ada habisnya.

Tapi pagi ini, semuanya terasa lebih lambat—seperti ada yang menghambat waktu itu sendiri, tanpa alasan yang jelas.

Bukan karena lelah, tapi lebih seperti ada yang tertinggal di kepalanya. Dan lebih jujur lagi, di hati.

Arya.

Nama itu muncul lagi, mengusik pikirannya dengan cara yang tak biasa. Seperti semalam belum cukup, seperti ada yang masih menggantung di udara.

Viona menghela napas, tangannya menyandarkan dagu, matanya kosong menatap ke luar jendela.

Ia tahu betul, hatinya bukan lapak kosong. Ada sisa-sisa yang belum benar-benar dibersihkan sejak dulu.

Meski bertahun-tahun ia bungkam, menyibukkan diri, dan berpindah dari satu kesibukan ke kesibukan lain—perasaan itu, seperti noda samar yang tak pernah benar-benar hilang. Cuma memudar, tak pernah benar-benar menghilang.

Dan semalam, di toko kecil itu, pembicaraan mereka, cara Arya menatapnya seperti ingin mengatakan sesuatu namun menahannya—semuanya hanya memperjelas bahwa noda itu, entah kenapa, muncul lagi.

Suara notifikasi dari ponselnya memecah lamunan.

Pesan singkat dari Brian: "Editor minta revisi angle, ketemuan di kantor jam 9, ya."

Tanpa basa-basi. Tanpa emoji. Cukup langsung, singkat, dan seolah tak ada ruang untuk yang lain.

Viona menatap layar ponselnya lama sekali, sebelum akhirnya membalas: "Siap. On the way sebentar lagi."

Ia tahu, ada yang berubah sejak kemarin. Tatapan Brian saat mereka keluar dari toko Arya bukan sekadar tatapan rekan kerja biasa.

Sesuatu yang lebih, yang sulit dijelaskan, tapi cukup untuk membuat pagi ini terasa sedikit lebih rumit.

***

Suhu ruangan kantor sedikit lebih dingin dari biasanya.

Mungkin AC-nya terlalu kencang, atau mungkin memang ada jarak yang tiba-tiba terasa di antara mereka.

Viona duduk di meja kerjanya, jari-jari mengetik cepat di atas keyboard, namun pikirannya tak sepenuhnya hadir di layar laptop.

Dari sudut matanya, ia bisa melihat Brian baru saja duduk di mejanya, meletakkan kameranya pelan, nyaris tanpa bunyi.

Biasanya, Brian akan langsung melempar komentar atau candaan ringan tentang foto-foto yang baru saja ia ambil. Tapi hari ini, tidak.

Lihat selengkapnya