VIONA: Di Antara Dua Cerita

Anoi Syahputra
Chapter #11

Di Persimpangan

Pagi hari berikutnya, Viona merasa seperti ada dua dunia yang menariknya ke arah yang berbeda.

Dunia yang ia bangun dengan kerja keras, penuh dengan deadlines, artikel, dan liputan.

Dan dunia yang semakin mengabur antara dirinya, Brian, dan Arya. Dunia yang tak bisa diselesaikan dengan satu kalimat atau pertemuan singkat.

Di ruang kerja, Dita sudah lebih dulu duduk, memeriksa hasil wawancara. Viona duduk di meja, membuka laptop, mencoba untuk kembali pada rutinitasnya.

Tapi entah kenapa, tatapan kosong di layar itu terasa lebih menekan daripada biasanya.

"Lo baik-baik aja?" tanya Dita, tanpa mengangkat pandangannya.

Viona mengangguk, tidak terlalu meyakinkan. "Iya, cuma ngantuk aja."

Dita tidak bertanya lebih lanjut. Mereka berdua tahu, kadang ada hal-hal yang lebih baik disimpan.

Lalu, Dita mengubah topik ke liputan berikutnya, dan Viona mencoba untuk ikut fokus. Tapi pikiran Viona terus berkelana.

Pukul sebelas siang, Viona mendapatkan email balasan dari Arya.

Hanya satu kalimat, singkat dan lugas: "Gimana kalau kita ketemu besok sore? Biar bisa ngobrol lebih santai."

Viona menatap layar, menelan pil pahit yang tiba-tiba menyangkut di tenggorokan.

Lalu, dia membuka draft balasan yang sudah disiapkan. Satu kalimat kosong yang tidak sempat dia kirimkan.

"Apakah gue masih orang yang sama yang bisa menjawab, atau semuanya sudah berubah?" pikirnya, sambil menutup layar laptop perlahan.

***

Sore itu, ruang rapat terasa lebih sepi dari biasanya.

Hanya ada beberapa anggota tim yang berbicara tentang laporan mingguan.

Brian belum datang, dan untuk pertama kalinya, Viona merasa sedikit lega-tapi juga aneh. Seolah dia tengah menunggu sesuatu yang tidak pasti.

Dan saat pintu terbuka, langkah Brian masuk, Viona merasa seolah ada ratusan pasang mata di ruang itu yang memperhatikannya.

Hanya saja, yang paling dia rasakan adalah jarak yang semakin melebar.

Brian duduk tanpa berbicara banyak, seperti biasa. Namun, kali ini, Viona bisa merasakan perbedaan yang lebih tajam.

Ada sesuatu yang masih mengganjal, sesuatu yang menghalangi percakapan yang tidak pernah mereka selesaikan.

"Untuk liputan minggu depan, Viona dan Dita akan tetap fokus pada perkembangan terbaru di toko buku Arya," ujar Ketua Redaksi, memecah keheningan yang sudah terlanjur tegang.

"Viona,Kamu bisa koordinasi dengan Dita untuk detailnya."

"Baik, Pak," jawab Viona sambil mengangguk pelan.

Rapat terus berjalan. Brian dan Viona bertemu pandang tanpa ada kata.

Hanya tatapan kosong yang menyimpan banyak pertanyaan dan membuat jarak yang makin melebar diantara mereka.

Lihat selengkapnya