VIONA: Di Antara Dua Cerita

Anoi Syahputra
Chapter #12

Masih Ada Kita

Pagi itu, Viona datang ke kantor dengan rambut yang masih sedikit basah karena hujan gerimis. Langkahnya cepat, tapi pikirannya tertinggal entah di mana.

Di tangannya, kopi hangat dari kedai seberang. Di kepalanya, masih terngiang suara Arya dari kemarin—tenang, tapi menyimpan harapan. Dan di dadanya, sesuatu yang belum bisa dia beri nama.

Saat masuk ruang kerja, dia tidak langsung duduk. Tatapannya mencari seseorang. Mencari yang selama ini selalu ada... tapi belakangan terasa menjauh.

Brian.

Dan seperti menjawab pikirannya, Brian masuk dari pintu lain, membawa berkas dan pandangan yang lurus ke arahnya.

Mata mereka bertemu. Sebentar. Tapi cukup untuk membuat Viona menarik napas.

"Vi," panggil Brian pelan, seolah tahu ini bukan hari biasa.

"Ada waktu bentar nanti? Gue pengen ajak lo makan siang."

Viona mengangguk ragu. "Oke."

***

Siang itu, mereka duduk di warung makan kecil tak jauh dari kantor. Tempat yang dulu sering mereka kunjungi tanpa berpikir dua kali. Sekarang, meja itu terasa asing. Jaraknya hanya satu meter, tapi terasa seperti satu negara.

Brian menatap semangkuk sup di depannya. "Lo kelihatan capek."

"Karena emang capek," jawab Viona pelan. "Tapi bukan karena kerjaan."

Hening sebentar.

Brian akhirnya angkat bicara. "Gue nggak mau lo mikir gue nyerah. Karena gue nggak. Gue masih di sini, Vi. Nunggu lo."

"Brian..."

"Gue tahu ini ribet. Gue tahu lo masih nyari jawaban buat diri lo sendiri. Tapi kalau lo butuh waktu, gue bisa nunggu. Asal lo jujur—masih ada kita nggak sih di benak lo?"

Pertanyaan itu menggantung seperti kabut.

Viona menatapnya. Lama. Matanya berkaca-kaca tapi tak menetes. "Gue... nggak tahu. Tapi gue juga belum mau kehilangan lo."

Brian tersenyum kecil. "Berarti masih ada kita. Meskipun cuma serpihannya."

***

Malam harinya, Viona duduk di balkon apartemennya. Laptop menyala, dokumen kosong terbuka. Tapi pikirannya jauh dari artikel.

Dia menyalakan ponsel, membaca ulang pesan terakhir dari Arya.

"Terima kasih udah datang hari itu. Gue harap lo nggak nyesel."

Viona menghela napas. Lalu menutup ponsel. Tidak membalas, tidak menghapus.

Hanya menyimpannya di tempat yang sama dengan perasaannya—belum selesai.

Tiba-tiba, suara notifikasi Slack muncul dari laptopnya.

Pesan dari Brian:"Gue titip makanan di lobi. Lo belum makan malam, kan?"

Viona tersenyum kecil.

***

Beberapa hari berlalu. Viona mencoba menenggelamkan diri dalam kerjaan, tapi selalu ada yang menariknya kembali.

Entah itu suara Brian, atau sorotan mata Arya saat wawancara untuk artikel toko bukunya.

Pada satu sore, saat hujan turun deras dan listrik kantor sempat mati, Viona dan Brian terjebak berdua di ruang kecil dekat pantry.

Tidak ada yang bicara. Hanya suara hujan dan generator yang menyala pelan.

"Vi," kata Brian pelan.

"Hm?"

Lihat selengkapnya