Kafe kecil di pojok Jalan itu masih sama. Kursi kayunya masih sedikit miring, latte-nya masih terlalu manis, dan lampunya masih hangat kekuningan—seperti kenangan yang terlalu malas untuk pindah rumah.
Viona datang lebih dulu. Dia duduk di meja pojok dekat jendela, tempat favorit mereka sejak kuliah.
Dulu meja ini saksi bisu semua drama cinta, skripsi, sampai tisu bekas tangisan karena dosen pembimbing.
Sekarang? Cuma sisa senyum dan sedikit ragu.
Amel datang beberapa menit kemudian, jaket kerjanya setengah basah karena hujan yang baru reda.
“Lo tau nggak, kafe ini kayak hidup lo. Gak banyak berubah, tapi tetep penuh kejutan yang nyebelin,” sapa Amel sambil menjatuhkan diri di kursi.
“Dan lo kayak hujan hari ini. Nggak diundang, tapi kalau gak ada, suasananya sepi,” sahut Viona, tersenyum.
Amel mengangkat alis. “Wow, itu puisi atau serangan pasif-agresif?”
Mereka tertawa. Tawa dua perempuan yang pernah patah bersama, lalu saling bantu menambal.
“Jadi, gimana perkembangan lo dengan Arya sekarang?” tanya Amel setelah menyeruput kopi.
Viona mengangguk. “Dia ngajak ketemu, terus... semua yang udah lama gue kubur makin... naik sendiri.”
“Dan Brian?”
“Masih di situ. Nggak pergi. Malah kayak... makin jelas.”
Amel mendesah, lalu mencondongkan tubuh.
“Gue gak akan sok bijak. Tapi lo harus berhenti mikir lo harus nyenengin semua orang. Bahkan Arya. Bahkan Brian.”
Viona diam. Matanya menatap keluar jendela.
“Gue takut, Mel. Apa pun yang gue pilih, gue bakal kehilangan sesuatu.”
Amel menggenggam tangannya. “Mungkin. Tapi kadang kehilangan juga satu bentuk kejujuran. Lo cuma perlu jujur ke diri lo dulu.”
***
Hari berikutnya, Viona kembali ke kantor dengan kepala sedikit lebih ringan, tapi langkah yang tetap ragu.
Di meja, ada sticky note dari Brian. “Besok kita ke toko buku buat artikel. Jam 10. Siapin payung. Hujan katanya mau ikutan juga.”
Viona tersenyum kecil. Ada sesuatu tentang Brian yang selalu tahu kapan harus serius, kapan harus ringan.
Tapi sebelum ia sempat duduk, notifikasi email masuk. Judulnya: "Kegiatan Reuni SMA 15 Tahun - Angkatan 17". Nama pengirim: Arya - Komite Acara
Tiba-tiba perut Viona seperti diikat simpul ganda.
***
Keesokan harinya, di toko buku tua tempat mereka meliput, Viona dan Brian sibuk mencatat dan mengambil foto.