Hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolahku yang baru. Aku terpaksa pindah ke kota lain karena tragedi yang menimpa kakak laki-lakiku beberapa bulan yang lalu akibat hanyut di sungai saat musibah banjir bandang di daerahku dulu. Oleh karena itu, aku begitu terpukul sehingga berubah menjadi pemurung. Aku memasuki pintu gerbang sekolahku yang baru dengan muka masam dan muram. Beberapa orang yang berpapasan denganku seperti sedang menatap ke arahku dengan heran. Namun, aku terus berjalan tanpa arah tujuan yang pasti dan mulai mencari tempat yang aman untuk menyendiri supaya jauh dari keramain. Akhirnya, aku memutuskan untuk duduk sendirian di bangku yang berada di sudut lapangan sambil berdiam diri.
Beberapa saat kemudian, acara MOS pun dimulai. Beberapa guru dan murid yang tergabung dalam OSIS mulai sibuk mengatur barisan murid baru yang masih mengenakan seragam putih-biru. Aku dengan enggan bangkit berdiri untuk ikut berbaris dengan murid yang lain. Seorang cewek berwajah bulat dan berpipi agak tembem berusaha untuk tersenyum ke arahku. Namun, aku dengan cepat mengalihkan pandanganku seolah tak melihatnya.
Aku masih belum dapat mengendalikan perasaanku sejauh ini sehingga aku jadi bersikap agak dingin dan acuh pada sekitarku walaupun aku sama sekali tidak berniat seperti itu. Setelah mendengarkan beberapa instruksi dari panitia OSIS, kami diundi untuk memasuki kelas kami masing-masing. Saat giliran namaku disebut, tanpa basa-basi lagi aku segera masuk ke kelas yang disebutkan. Sesampainya di kelas baruku yang terletak di lantai atas, aku memilih untuk duduk sendirian di kursi yang paling belakang sambil langsung menelungkupkan kepalaku di atas meja.