(Hari ke enam) Matahari terbit menyapa bumi dengan hangatnya matahari. Siswa-siswi pergi ke sekolah dengan penuh semangat bersama teman-teman mereka, akan tetapi berbeda dengan temari. Meskipun dia bersekolah di sekolah menengah atas terbaik, dalam sejarah hidupnya tidak pernah baik. Tidak ada semangat api ada di dalam diri temari. Tiga cewek bernama Naomi, bunga, dan indah di tambah lagi teman-teman sekelasnya selalu memperlakukan temari seperti budak. "Temari!" Pada akhirnya mereka datang dengan maksud dan tujuan. Mendengar suara nyaringnya itu, temari terpaksa berhenti saat berjalan di koridor menuju kelas. "Good." Kemudian mereka mendekati temari. Ketika di dekatnya. "Tangan." Pintanya. Temari pun mengulurkan kedua tangannya, yang tujuannya adalah membawa tas mereka ke kelas. "Oh my gosh. Tanganku." Keluh bunga berpura-pura tangannya merasa pegal karena membawa tasnya sendiri. "Come on guys." Lalu merangkul kedua temannya menuju kelas mendahului temari di belakang. Seperti inilah yang temari lakukan setiap pagi dan setiap hari. Karena tubuhnya kecil sehingga mereka semenah-menah menganggap temari lemah jadinya mudah nurut. Hanya penyerahan yang bisa temari lakukan.
Tiba di kelas. Sudah banyak siswa yang hadir. Sebelum duduk, temari mengembalikan tas milik bunga, naomi, dan tas indah ke kursi mereka masing-masing. Barulah ia bisa kembali ke asal kursinya. Ketika temari baru menempelkan pantatnya di bangku, secara sengaja kursinya itu digeser ke belakang oleh siswa lain sehingga dirinya terjatuh. "Ups, sorry." Bukan menolongnya satu kelas menertawakannya. Terkadang hal seperti ini juga terjadi padanya. Temari hanya bisa diam dengan apa yang mereka lakukan. Kemudian temari memperbaiki kursinya baru bisa duduk.
Hari ini ada pr. Pr akan dikumpulkan saat pelajaran di mulai. Selain bunga, indah dan naomi. Satu kelas tidak pernah ada yang mengerjakan pr, kecuali temari. Jadi, salah satu dari mereka mendekati ke tempat duduk temari. "Pr, pr." Pintanya dengan cara tidak baik - baik. Tidak bisa menolak, temari membuka tasnya dan memberikan buku tulisnya kepada teman sekelasnya dengan kepasrahan. Seharusnya apa yang di berikan tugas dari guru harus menjadi tanggung jawab sendiri, tapi kelas ini berbeda. Jadi, jawabannya itu disebarkan di depan kelas dengan cara dikte satu per satu. Selesai, buku tulis dikembalikan kepada ke pemiliknya tanpa mengucapkan terima kasih.