Masih di hari yang sama. Waktu menunjukkan pukul 19.05. Sudah beberapa jam polisi memeriksa CCTV anehnya selama pemantauan tidak ada tanda - tanda kecurigaan terekam. Seperti ini mempersulit kan pekerjaan polisi. Setiap kali mereka harus menonton komputernya sampai mata menjadi kering dan terasa sakit.
Tidak ada yang memperhatikan kedatangan kepala polisi dan dua polisi bersamanya. Tanpa basa-basi pak farel langsung melempar empat amplop yang dibawanya ke meja detektif kim. "Apa ini?" Tanyanya lalu bertolak pinggang. Tim kim dan beberapa polisi di ruangan tersebut langsung bangkit berdiri dan memberi hormat. Lisa menyenggol pergelangan tangan kirana bahwa pak farel mendapatkan amplop yang sama dengan amplop - amplop sebelumnya. "Tidak ada perubahan juga?!" Terlihat jelas ekspresinya sangat marah mengetahui kasus penculikan belum terselesaikan juga.
"Maaf pak farel. Kami benar-benar kesulitan menemukan pelaku. Kami telah memantau CCTV selama berjam-jam, tetapi tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan." Untuk membuktikannya, detektif kim memutarkan laptopnya menghadap ke pak farel. Kemudian rekaman CCTV tersebut di putar mundur. Ketika di pertengahan waktu. "Lihat. Rekaman ini seperti ada seseorang yang mengaturnya. Tiba-tiba terhenti padahal waktu terus berjalan."
"Apa kalian sudah memeriksa?" Tanya pak farel.
"Sudah pak farel. Saya dan tim saya beserta polisi lainnya sudah memeriksa semua cctv. Kami juga mengira mungkin saja ada seseorang yang mengotak - atik cctv tersebut. Namun, anehnya baik warga maupun penjaga mengatakan tidak ada yang mengutak-atik CCTV itu."
Kepala kepolisian berpikir keras sambil bertolak pinggang mendengar penjelasan dari detektif kim yang menurut pendapatnya semua tidak masuk akal, lalu sejenak berpikir. "Apakah kasus ini ada hubungan antara korban dengan pelaku?"
Kirana dan lisa saling melirik. Yang dikatakan pak farel sama seperti yang sedang diselidiki. "Seperti pertanyaan bapak. Kami juga berfikiran sama." Balas detektif kim. "Kirana." Panggilnya untuk menjelaskan bagian dari laporan yang sudah didapatnya tentang hubungan pelaku dengan korban kepada kepala polisi.
"Baik." Kirana kemudian merilis semua laporan yang telah dikumpulkannya. "Pertama. Pelaku menculik lima orang." Menampilkan lima foto korban dan diletakkan di atas meja. "Lalu di tambah lima korban lagi. Jumlahnya menjadi sepuluh. Sepuluh korban ini berusia sekitar dua puluh tahun dan mereka dulunya satu kelas saat SD."
"Satu kelas?" Terkejut pak farel.
"Ya, pak. Lalu kami berpikir, apakah ini kebetulan atau memang pelaku ada hubungannya dengan korban? Hanya untuk memastikan itu benar atau tidak. Kami menyelidiki satu per satu ke tempat teman korban yang lain."
"Teman korban?" Tanya farel. "Apa yang mereka katakan?"
"Benar. Mereka mengatakan bahwa ada salah satu teman mereka diejek. Nah orang yang mengejeknya itu sepuluh korban itu sendiri."
"Ouh. Okey, maksudmu semacam diintimidasi midas." Pak farel mengambil kesimpulan dari penjelasan kirana. "Siapa dia?"
"Dia adalah seorang gadis bernama Yukari." Kirana meletakkan foto yukari di atas meja. Pak Farel mengambil foto tersebut hanya untuk memperhatikan lebih dekat. "Kami berprasangka pada gadis itu atas kejadian penculikan ini, tetapi berita buruk menimpanya. Gadis itu sangat memprihatinkan, dia saat ini sedang dirawat di rumah sakit karena kanker hati."
"Kita tidak bisa menuduhnya tanpa bukti, terutama dalam kondisinya saat ini." Sambung kim.
Kirana mengangguk. "Di sisi lain, pelaku menculik korban dalam jumlah besar. Seperti terjadi lagi pada empat siswa SMA ini." Kirana menaruh lagi empat foto siswa SMA. "Mereka juga menjadi korban, tapi korban siswa SMA ini berasal dari sekolah yang berbeda-beda. Jadi... Mereka tidak ada hubungannya dengan yukari."
Pak farel fokus mendengar penjelasan tentang hasil penyelidikan yang telah diselidiki. "Lalu, laporan apa yang kamu dapatkan tentang siswa SMA itu?"
"Hasilnya sama, pak. Kata siswa lain, empat siswa SMA itu diintimidasi oleh temannya sendiri." Jawab kirana.
"Lho. Berarti mereka lah pelakunya. Jadi gini, saya menyimpulkan dari penjelasan mu. Korban yang diculik dan korban yang diintimidasi bisa dikatakan sama-sama menjadi korban, tapi, untuk posisi kasus ini yang menjadi pelakunya adalah korban yang dianiaya temannya sendiri. Semacam balas dendam. Apakah kalian tidak sadar?!" Jelas pak farel dengan nada tingginya.