VLINDER

Yohanna Claude
Chapter #17

Realita

Yukari mengakhiri cerita tentang masa lalunya yang menyedihkan itu bahkan sempat meneteskan air matanya. "Dan akhirnya gue sadar, karena gue siswa paling bodoh di kelas, tidak bisa berbaur, jadi kalian seenaknya menyudutkan gue di kelas. Perlakuan kalian tuh terngiang – ngiang di otak gue! Jangan merasa hebat kalau tidak punya attitude baik. Badan hebat otak nol! Orang yang tidak peduli dengan rasa sakit orang lain pasti akan menerima hukumannya kelak."

"Itukah sebabnya lu melakukan semua ini?" Tanya gina. “Hei yukari. Itu sudah lama sekali. Justru lo dan teman – teman lo melakukan ini hanya untuk minta belas kasihan, artinya kalian merendahkan diri. Lagi pula semua sudah berlalu, untuk apa lo mengungkitnya lagi. Toh, yang malu kalian sendiri kan.” Jelasnya panjang lebar.

“Memori manusia tidak seperti kartu memori yang bisa dihapus. Kalian itu bermain dengan harga diri, lho. Harga diri orang lain yang kalian permalukan. Harga diri tidak boleh diremehkan. Harga diri adalah bagian sensitif dari diri manusia. Tidakkah kalian berfikir, banyak orang diluar sana bunuh diri hanya karena harga diri mereka dipermalukan. Tidakkah kita berfikir dewasa tentang hal itu. Belajarlah untuk melindungi perasaan orang lain. Jangan senangnya aja melakukan sesuka hati. That is the guardian of hell.”

Boy membuang muka dan terkekeh. “Berfikir dewasa kata lo?” Boy tertawa lebar. “Perlu kalian ketahui. Dari sini kita bisa lihat bahwa orang pendiam bisa saja lebih jahat dari yang kita kira.”

Alex sangat geram dengan ucapannya. "Apa maksud lo?!" Dan menatap boy dengan tatapan dingin.

Boy terlihat senang melihat alex mudah terbawa emosi. Boy memiliki karakter yang tidak pernah takut pada siapa pun. Dia akan menantang kembali dengan tatapan khas miliknya. “Semua manusia di bumi ini hidup dengan kemunafikan. Bahkan orang baik pun dapat bersikap manis di depan, tapi di belakang...” Boy memiringkan sedikit kepalanya. “Jadi, jangan berpikir lo tidak seperti itu." Perkataannya menyinggung tahanan lain, bahkan vlinder sendiri terdiam mendengarnya.

Sebagai teman sekelas, pasti sudah mengenal boy adalah sosok preman di sekolah, tapi belum ada yang mengetahui juga yang sebenarnya kecuali alex. Alex pun melangkahkan kakinya mendekati boy dan terjongkok di hadapannya. “Ya. Ya itu benar. Lu ingin tahu orang munafik seperti apa?” Lalu alex mengeluarkan hpnya dari saku jaketnya dan menyetel sebuah vidio yang berhasil dia rekam dengan volume full. Rekamannya adalah sekumpulan siswa sekolah yang sedang nongkrong di sebuah warung pinggir jalan.

Alex tidak sengaja saat pulang sekolah mendengar sebutan nama boy dari perbicangan mereka. Lalu dia rekam di balik tembok. “Sudah beberapa hari boy tidak sekolah. Masa orang seperti dia bisa di culik? Tertangkap begitu saja? Aneh sih menurut gue, masa penjahat tangkap penjahat.” Ucap cowok yang terjongkong di bawah sambil merokok dan sesekali mengisapnya, sedangkan teman – temannya duduk di kursi kayu panjang. Saat itu posisi boy sudah tertangkap oleh kelompok vlinder.

Salah satu temannya tertawa kecil. “Haha. Kalau ngomong ada benarnya lu. Ngapain kita cari orang seperti dia. Memangnya apa gunanya dia ada di geng kita. Mau berkuasa, mau seenaknya memerintah kita. Justru tidak ada dia disini kita senang malah. Benar gak guys. Itulah akibatnya mencari masalah dengan orang lain.”

Lihat selengkapnya