*Flashback*
Sepanjang jalan, oliv terus menangis dan berteriak atas semua beban yang baru saja menimpanya sambil menyeret tasnya seperti anak kecil menangis di jalan yang berpisah dengan ibunya. Rambut pendek tidak beraturan, baju dan rok sekolahnya sudah robek, persis seperti orang gila. Ini tidak secantik sebelumnya, tetapi itu tidak penting jika orang lain melihatnya. Hatinya sangat sakit untuk menerima semua ini. Tidak ada lagi kata sabar untuk menghadapi teman – temannya yang begitu egois. Sekarang oliv bukan dirinya lagi, semua sudah berubah. Sepertinya sampai disini saja dirinya ada di dunia ini. Tidak peduli itu dosa atau semacam lainnya. Yang terpenting, cara itu adalah cara bebas dari penderitaan. Tidakkah orang yang depresi melakukan hal yang sama? Tempat yang cocok adalah melompat dari tebing dengan kedalaman sungai lima meter.
Tanpa diketahui oliv, ada seseorang berdiri di belakangnya, orang itu hanya memperhatikan saja, tidak dengan cepat memegang tubuh oliv untuk tidak terjun. “Seberapa buruk kah kamu harus menyia – nyiakan hidupmu yang berharga?” Oliv seketika terdiam saat ingin menerjunkan tubuhnya mendengar kata menyia – nyiakan hidup yang berharga. “Memangnya ada untungnya ya kamu melakukan itu? Ha... Aku tahu. Katanya sih bebas dari beban. Kamu bisa berenang? Kalau tidak, kamu selesai. Kalau bisa ya... sia – sia saja usahamu.” Oliv berfikir sejenak sesekali melirik ke bawah seberapa jauhkah ia melompat. “Biar ku jelaskan. Kamu melakukan hal seperti itu, kamu akan menerima dua tipe perasaan. Perasaan pertama adalah sedih, sedih... orangtua mu akan berduka. Kedua, perasaan senang. Temanmu akan sangat senang, kamu sudah goodbye. Ya... Aku tau sih kamu sudah mati, tapi jika kamu diminta untuk memilih, mana yang akan kamu pilih. Kalau aku sih, aku akan memikirkan nomor dua. Mengapa? karena aku tidak ingin mereka bersenang – senang atas apa yang sudah mereka perbuat.”
Seketika mata oliv terbuka seperti ia telah di ubahkan. Setiap ucapan dari gadis itu ada benarnya juga. Lalu perlahan oliv melangkah mundur. Namun, tiba-tiba pikirannya berubah. “Berisik!” Oliv berbalik badan dan membentak gadis yang terus menceramainya itu. “Bisakah lu diam?” Gadis itu bernama yukari. Ya. Disini lah awal mulanya pertemuan yukari dan oliv. Saat itu yukari mengidap penyakit kanker, tetapi tubuhnya masih kuat untuk berjalan. Jika itu yang diperintahkan oliv untuk diam. Yukari berpura – pura mengunci mulutnya untuk tidak berbicara lagi. Oliv pun berbalik badan. Ia sudah memutuskan dengan tekat untuk melompat, tapi sebelum itu ia melirik kembali gadis di belakangnya dan gadis itu masih berdiri di sana, entah apa yang dilakukan hanya berdiri di sana membuat dirinya ada keraguan untuk melompat. “Kanapa lu tidak pergi sih?” Kesal oliv.