“Berkat kak yukari. Gue masih ada di sini. Banyak hal kami bertukar cerita. Banyak orang di luar sana mengalami hal yang sama. Ditindas, diremehkan, dihina, dieksploitasi, tapi anehnya itu bukan suatu kesadaran bagi mereka yang melakukan. Tidak merasa bersalah, tidak menyesal bahkan tidak peduli. Karena itu, ketika kak yukari melihat kami dikucilkan oleh kalian, dia datang untuk membantu kami. Akhirnya kami berteman. Disitulah kami merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, tapi... saat itu juga kami selalu mengadu. Tidak ada henti – hentinya kalian menjadi pengganggu. Kenapa sih?”
“Dan kalian berhasil.” Balas naila.
Dengan cepat oliv menjawab. “Tidak. Tidak jika bukan dari diri kalian yang memutuskan rantai ini.”
“Maksud lu. Kita harus tunduk pada kalian gitu? Mengaku kesalahan? menyerahkan diri?” Tanya ben. “Jangan harap.” Lalu membuang muka.
Luffy mengerutkan keningnya melihat perilaku ben masih tetap sama walaupun dirinya menjadi seorang tahanan. “Ben, ben. Terbuat dari apa sih hati lu itu? Bahkan dalam keadaan seperti ini lu masih saja merasa paling hebat. Badan hebat otak nol! Senang dalam penderitaan orang! Padahal orang yang tidak memahami perasaan orang lain lebih rendah dari sampah!”
Deg! Kata – kata itu menyentak ben. “Bukannya kalian yang lebih rendah dari sampah? Berdiri di sana dengan cucuran air mana, membutuhkan belas kasihan. Lihat teman lu yang botak itu, sudah sekarat tuh. Masih memohon lagi untuk kita merendahkan diri. Bawa dulu tuh teman lu ke rumah sakit sebelum dia mati.” Cetus ben.
“Lu!” Dengan geram luffy ingin menghajar mulutnya itu, tapi dengan sigap mirai dan oliv menahan tubuhnya. Punya kepribadian pemalu dan pendiam, seorang luffy bisa juga marah. “Eh dengar ya! Kak yukari yang membentuk kami jadi seperti ini, bukan hanya dia merasakan kasihan, bukan dia bertujuan agar kami tidak kesepian atau larut dalam kesedihan, tapi dia merencanakan ini semua untuk kalian! Seharusnya kalian bisa ambil makna dari semua ini! Buka mata kalian, buka! Justru kalian lah yang lebih menyedihkan! Kalian sudah gila! Sakit jiwa!” Luffy melepaskan semua kemarahannya dengan nada tinggi. Teman – temannya membiarkannya, memang seperti itu kenyataan yang mereka rasakan selama ini. “Bukan begitu ben?” Lalu berpaling tatapan.
“Apa?” Ben menaiki alisnya yang tiba – tiba saja namanya disebut.
“Lu kasar pada teman lu, karena bapak lu juga kasar kan?”
“Si gila ini.” Ben ikut marah jika permasalahan keluarganya terumbar.
“Lu di pandang sebelah mata oleh bapak lu! jadi lu lampiaskan kemarahan lu ke gue!”
“Oi!” Bentak ben.
“Sekarang siapa yang malu? Ha! Padahal lu sendiri lah yang terburuk. Bapak lu selaku kepala kepolisian, tapi dia malu punya anak yang attitude-nya tidak baik kaya lu! Seharusnya lu tuh sadar, bukan seenaknya menjadi pengganggu!”
“Luffy anjing! Diam mulut lu!” Ben mencoba untuk berdiri ingin menghajar luffy sampai puas dengan kedua tangannya, tetapi sangat sulit sekali untuk berdiri.
“Hahahahahahahahaha.” Luffy tertawa puas melihat ekspresi ben yang begitu marah kepadanya. "Kenapa ben? Apakah lu malu?" Seketika ekspresinya berubah menjadi datar. “Itulah yang gue rasakan. Brengsek!” Ben membuka mulutnya sedikit tak terduga sifat luffy yang pendiam bisa melawan.
Dibalik rencana vlinder, bukan hanya para pembully harus menyadari rasa sakit seseorang akibat perbuatannya, tapi kelompok vlinder juga memberitahu bahwa seorang teman belum tentu baik jika diperhatikan. Mereka akan manis ketika bersama, namun jika ada seseorang yang tidak di sukainya, dia tidak akan peduli dengan orang itu. Tinggal apa yang harus dilakukan setelah mengetahui kebenaran.
“Semenjak mengenal kak yukari. Betapa nyamannya punya teman yang mengerti apa itu rasa sakit. Rasa sakit tidak sama seperti luka yang mudah disembuhkan. Banyak pelajaran yang kami dapat, banyak kenangan yang kami lalui. Dengan cara itulah rasa sakit kami bisa berlalu.” Sambung oliv sambil merenung ucapannya.