Polisi's POV
Sesuai perintah pelaku dari salah satu kelompok vlinder. Sekarang orangtua korban sudah berada di ruangan kantor polisi. Suasana kantor menjadi ramai, polisi juga berada di sana tidak mampu menenangkan para orangtua. Orangtua korban terlalu khawatir tentang anak – anak mereka yang diculik beberapa hari ini dan bertanya – tanya apakah ada sesuatu yang sedang terjadi. “Ada apa? kenapa kami harus datang ke sini?” . “Dimana anak saya? apakah kalian sudah menemukan anak saya?” . “Kenapa kalian tidak mempercepat pencarian anak – anak kami yang di culik?” . “Kalian tidak bisa menemukannya? bagaimana kalau terjadi sesuatu pada anak saya? anak saya perempuan, saya khawatir jika dia di perkosa.” . “Ya, saya juga.” . “Bisakah saya mendengar kabar baik dari kalian? Saya hanya ingin mendengar bahwa anak saya baik – baik saja.”
Polisi terus memerintah untuk tetap tenang agar mudah dijelaskan, tetapi orangtua korban sangat tertekan tentang anak – anak mereka yang hilang, sedangkan kepala kepolisian (pak farel) bolak – balik melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 21.05. Apa yang dikatakan pelaku tidak sesuai dengan penentuan jam yang di tentukan, itu sangat membuat pak farel geram.
Sebuah proyektor tiba – tiba menyala tanpa ada seseorang mengotak – atik proyektor tersebut dan lampu sorotnya menyoroti ke satu titik yaitu papan putih berukuran besar. Secara otomatis orangtua terdiam dan tertuju pada papan itu. Polisi lainnya dan juga pak farel kebingungan kenapa proyektor itu bisa menyala secara tiba – tiba.
Tak terbayangkan ini terjadi, proyektor itu menampilkan wajah ben serta tahanan lainnya. Orangtua langsung terkejut melihat anak – anak mereka di balik layar itu serta membungkam dan meneteskan air mata. Sudah beberapa hari, anak mereka ternyata baik – baik saja, tapi tetap saja sangat menyakitkan bagi orangtua melihat anaknya menderita di luar sana.
“Siapa yang melakukannya?!” Tanya pak farel kepada polisi yang sedang menangani proyektor. Polisi itu menggelengkan kepalanya.