VLINDER

Yohanna Claude
Chapter #22

Berakhir

Tahanan sudah bebas dari ikatan – ikatan yang mengikat kedua tangan dan kaki mereka. Sekarang mereka berdiri membentuk setengah lingkaran di depan kamera yang terhubung ke proyektor polisi untuk mengungkapkan kesalahan mereka. Siapa lagi kalau bukan perbuatan galen yang memiliki kemampuan luar biasanya, sedangkan devin, marco, luffy, alex, elvan, alvaro berdiri di belakang kamera yang akan mendengarkan sebuah kejujuran yang diungkapkan oleh tahanan itu. Disisi lain hazel, temari, mirai dan oliv memeriksa kondisi yukari yang terbaring lemah. 

“Ayah.” Mewakili dari para pembully, ben berdiri paling depan dengan kegugupan yang dia rasakan. Panggilan ben membuat ayahnya menoleh meskipun sekarang hanya berhadapan dibalik layar. “Kami semua disini. Kami baik – baik saja.” Sesekali ben menundukkan kepalanya karena malu. “Benar. Jadi, laki – laki keren saja tidak cukup kalau hanya jadi laki – laki berandalan. Jadinya seperti inilah aku, tidak, maksud ku, seperti inilah kami semua yang ada disini.” Jeda. “Seperti yang ayah lihat. Inilah hasil perbuatan kami yang mengakibatkan masalah besar.” Ben serta lain meneteskan air mata atas pengakuan yang terungkap. “Mengganggu hidup mereka, bahkan sampai membuatnya malu dan akhirnya berujung kematian. Karena siapa? Karena kami ayah! Karena kami semua! Kami membully teman kami sendiri! Mengambil duitnya! memperbudaknya, mengejeknya, mengancam, membuatnya malu, dan, dan...” Tak kuasa menahan, ben melepas tangisannya dengan kata – kata yang tak bisa dia ungkapkan lagi. Disinilah para orangtua mengetahui perilaku anaknya selama ini, hanya perasaan terkejut dan sedih yang bisa mereka rasakan sementara polisi sudah paham alasan terjadinya penculikan ini. Ben kembali menenangkan dirinya dan mengangkat wajahnya lurus ke kamera. “Jika ayah ingin menangkap siapa pelakunya, tangkaplah kami. Karena semuanya itu adalah kepuasan, kesenangan, kesengajaan yang kami lakukan. Kami bodoh ayah, pengecut, dan ya... lemah. Seperti yang ayah lihat, aku dan kami semua, berdiri di hadapan kalian, telah menyesali semuanya, perbuatan kami, perlakuan kami, dan, dia tidak salah, dia tidak salah.” Lalu menundukkan kepalanya lagi.

Kelompok vlinder terisak jika teringat kembali perlakuan mereka. Akhirnya semuanya itu telah berakhir dan pembully itu membuktikan penyesalannya.

“Mah, ded. Jika kalian di sana,” Sambung bunga matanya sudah berkaca – kaca. “Ini bukan sebuah kebohongan atau main – main yang kami sampaikan. Ini pengakuan dan kejujuran atas kenakalanku.” Bunga mengontrol tangisannya agar terdengar jelas saat berbicara. Sangat malu sebenarnya berkata jujur kepada orangtunya yang terhormat itu. “Ya, inilah sifat bunga. Bunga membully teman bunga sendiri....” Disinilah tangisan bunga pecah. “Bunga sangat malu. Seharusnya bunga mengerti bagaimana itu sangat menyakitkan,” Bunga menangis sampai terengah – engah. “tapi bunga.. sendiri yang jadi aib.” Dari semua orangtua, hanya orangtua bunga yang tidak merasakan kesedihan dengan anaknya, justru mereka ingin memarahi bunga jika bertemu nanti. Karena sudah membuat kedua orangtuanya terbilang terhormat menjadi malu akibat perbuatannya. 

Kasus ini dapat dikatakan sebagai peringatan apa yang tidak boleh dilakukan apalagi bagian dari pribadi seseorang. Merendahkan orang harus lah melihat dirinya sendiri terlebih dahulu. Lakukan apa yang harus dilakukan, tetapi dengan tidak menyakiti perasaan orang lain. Terima kesalahan dan lakukan kebenaran. Semua sama seperti waktu yang terus berputar tanpa henti. “Untuk itu, semuanya sudah berakhir. Ya, sudah berakhir. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi intimidasi, tidak ada lagi. Kami menyadari, perbuatan kami hanya lah kesenangan semata, dan kami sadar jika itu terjadi pada kami, itulah yang akan kami rasakan. Kami juga belajar apa artinya dalam satu lingkup. Mengubah perspektif dan yang paling penting adalah kebersamaan karena akan selalu ada hari yang baik ketika kebersamaan itu ada.“ Kata – kata bijak ben tampaknya membangkitkan jiwa kesenangan dan meyakinkan vlinder akan kata – katanya. Dari otak yang keras kepala menjadi pemikiran orang dewasa.

Mati. 

Setelah mengklik. Galen sengaja memutuskan kamera yang terhubung ke proyektor polisi. Selama galen memantau polisi dari cctv melalui komputernya, menurutnya, sampai disini sudah cukup pengakuan kesalahan dari pembully itu. Sebelum beranjak, ben ungkapan rasa senangnya dengan senyum sedih yang ia tutupi. Semua sudah berakhir dan selesai. Galen menyeka air matanya segera. “Sudah cukup.” Lalu bergabung dengan teman-temannya, bukan, melainkan lurus terus mendekati tahanan. “Kalian tidak perlu lanjutkan lagi. Gue harap seperti yang kalian ucapkan tadi bukan omong kosong.” Entah kenapa semuanya terasa canggung. Tidak ada tanggapan. Ben seperti memikirkan sesuatu, dia hanya diam dengan menundukkan kepalanya. 

Dengan keberanian luffy menghampiri ben dan berdiri di hadapannya lalu mengulurkan tangannya. “Teman.” 

Dibenak ben, tak menyangka luffy masih menganggap dirinya teman. Dengan tegasnya ben menerima tangan itu dengan senyum simpul. “Teman.” Inilah yang namanya perdamaian. Tak sia – sia semuanya telah berhasil dan bisa kembali seperti semula. Begitu juga devin dengan jiro, marco dengan raihan, alex dengan boy, elvan dengan maikel, dan alvaro dengan bayu saling berjabat tangan.

“Maaf sudah membuat lu seperti ini.” Ucap marco tidak enak hati sudah membuat teman sekelasnya ditahan selama beberapa hari ini.

Raihan terkekeh. “Tidak apa – apa. Sepertinya gue harus mandi.” 

“Hehehehe.” Balasnya lagi sambil menggaruk – garuk kepalanya padahal tidak terasa gatal.

“Sumpah gue benar – benar bersalah banget sama lu, gue sudah salah paham sama lu, kalo lu yang melaporkan ke guru. Seharusnya gue gak berlebihan sampai gue nyuruh anak – anak untuk menjauhi lu.” Bayu juga merasa bersalah dengan alvaro, dan tidak tahu lagi harus dengan cara apa dia menebus kesalahannya. 

“Its okey. Itu masalah sederhana. Lu tinggal meluruskan saja nantinya.” Balas alvaro. 

“Ha... Lu benar.” Angguk bayu.

Lihat selengkapnya