Dua pemuda bersitatap dengan tajam di sebuah kafe yang lengang. Salah satu yang mengenakan celana dengan rantai di pinggang angkat bicara.
"Gue minta kita gencatan senjata dulu." Pemuda itu kali ini berkata dengan serius. "Dia butuh ruangan lo dan kemampuan gue. Casting kali ini penting banget buat dia."
Pemuda bercelemek putih terdiam. Kata-kata lawan bicaranya masuk akal. Ini demi Aily juga. Dirinya harus bisa melawan rasa benci atau mungkin juga irinya pada makhluk hidup ajaib di hadapannya itu.
"Soal cinta sama Aily, gue yakin, lo juga merasakannya." Lagi-lagi pemuda yang berdandan urakan itu berusaha bersikap diplomatis. Pemuda yang hari ini masih mengenakan jaket kulit hitam itu berusaha membuang jauh-jauh ego untuk meminta tolong pada barista yang juga merupakan saingan cintanya itu. "Gue serius sayang sama Aily, seperti lo juga sayang sama dia. Yah ... meski cinta gue pastinya lebih gede daripada lo!"