Voice in Dream

Shireishou
Chapter #6

ViD - 5 - Masa lalu

Kadang pinta begitu sederhana. Ada gundah yang terlepas dalam rasa manis yang terhantar masuk melalui saluran cerna.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

Aily kini berdiri di depan Shibuya Corner Cafe. Gadis itu tahu Magrib sebentar lagi tiba. Namun, kegundahan hati tanpa sadar membawanya ke sini. Aily menginginkan satu porsi lemon strawberry parfait yang dingin dan segar untuk menyingkirkan semua resah.

"Loh? Udah balik?" Suara yang tak asing menyapa Aily yang baru saja masuk ke dalam kafe.

"Eh? Tumben kak Aris masih di kafe. Biasanya udah pulang."

Aris mengurungkan niat untuk melepas celemeknya ketika melihat Aily datang. "Ini baru mau pulang."

"Oh...." Aily berusaha tersenyum. "Kakak pulang aja. Aku cuma mau pesen parfait, kok."

Namun, Aris tak bisa ditipu. Ia bisa melihat ada sesuatu yang mengganjal di hati gadis berwajah tampan itu.

"Parfait yang mana? Aku buatin."

"Lemon stroberi, Kak."

Tak butuh waktu lama sebelum satu gelas parfait sudah terhidang. Aily duduk di meja counter seperti biasa sembari menghela napas panjang. Saat ini, kafe nyaris kosong. Hanya ada dua meja yang terisi. Jam sibuk memang saat siang hari, ketika udara Jakarta terasa begitu panas. Para mahasiswa yang hampir meleleh itu, berbondong datang mencari tempat mendinginkan diri dengan makan es krim atau minum frozen cappuccino.

"Ada masalah?" Aris bertanya dengan hati-hati. Dia kembali duduk di sebelah kanan Aily.

Aily mulai menyendok parfait. Lapisan whipped cream tebal yang dingin dan manis langsung masuk ke mulut. Sensasi asam potongan stroberi dingin yang meruak membuatnya sedikit lebih tenang.

"Aku kayaknya enggak bakat jadi dubber."

Aris tak menjawab dan hanya memandang bingung.

Aily kembali memotong sponge cake berwarna krem yang terletak di bawah lapisan whipped cream. Cairan lemon dingin yang melingkupi kue lembut itu, memberi sensasi menyegarkan.

"Tadi aku nyoba dubbing."

"Wah, keren dong!" Aris terbelalak kaget.

Aily menggeleng pelan. "Enggak keren, Kak! Gatot! Gagal total!"

Aris menatap Aily yang sibuk mengaduk parfait-nya gugup. Minuman yang semula memiliki lapisan warna berbeda, sekarang melebur menjadi warna kuning cerah dengan potongan stroberi merah yang menyembul di beberapa tempat.

"Mereka yang bilang gagal?"

Aily bimbang. Haruskah ia bercerita kepada Aris? Ataukah cukup dipendam rasa gundah ini dan berharap bisa melebur bersama dinginnya parfait yang perlahan masuk ke perutnya?

"Kalau nggak mau cerita juga enggak apa-apa. Seenggaknya aku bisa kok jadi tong sampah, meski nggak terlalu paham soal dubbing." Aris berkata dengan lembut. Binar netra berwarna kecokelatan di balik kacamata berbingkai hitam yang selalu dikenakannya terlihat begitu penuh empati.

"Tadi aku salah melulu, sampai akhirnya nggak ada yang direkam. Padahal kalimatnya gampang banget!" Aily berdeham. "Selamat datang di Clover Latte. Mau pesan apa?" ujarnya.

"Tuh, bagus!" Aris tersenyum manis. Lesung pipit di pipi kirinya selalu muncul jika ia tersenyum seperti itu.

Aily kembali menyendok parfait-nya yang sudah mulai mencair. Membiarkan dirinya menelan dua-tiga sendok sebelum melanjutkan ceritanya. "Kenyataannya aku bolak-balik salah." Kembali Aily memutar-mutar sendoknya.

"Mungkin kamu tegang."

Aily mendongak. "Iya. Tadi Richie juga bilang begitu."

"Siapa? Dubber?"

Aily membenarkan. "Dubber sekaligus cosplayer langganan di sini. Dia cowok yang tadi cosplay."

"Oh, ya?!" Aris tampak terkejut. "Eh tapi, kalau dubber aja bilang alasannya karena kamu grogi, kupikir itu bener. Lagian aku yakin pasti groginya jadi seratus kali lipat karena ada si Toro di sana. Makanya kamu nggak bisa maksimal."

Aily tiba-tiba teringat sesuatu. "Sini deh, Kak!" Aily melambaikan tangannya meminta Aris mendekat. Aily juga langsung memutar kursinya ke arah pemuda itu.

"Ada apa?"

Tepat ketika Aris mencondongkan badannya ke arah Aily, gadis bertubuh tinggi besar itu meninjukan tangan kanannya ke lengan Aris kuat-kuat. Pemuda itu hanya bisa meringis kesakitan.

"Itu hukuman udah ngember soal Kak Toro. Richie denger tauk! Malu bangeeet!" Wajah Aily kembali memerah setiap mengingat peristiwa yang baru saja menimpanya. "Semua salah Kak Aris!"

Mata Aris mengerjap kaget. Tapi mendengar penjelasan Aily yang dirasa luar biasa lucu, ia akhirnya terbahak-bahak. "Terus reaksi Toro gimana?"

Aily melotot. "Weits, jangan sampe Kak Toro tahu, kalau aku cerita-cerita ke orang lain bahwa aku nge-fans sama dia. Malu, Kak! Maluuu!"

"Kenapa? Kan kamu emang nge-fans sama dia?"

Lihat selengkapnya