Voice in Dream

Shireishou
Chapter #13

Bab 12 - Teriak

Kadang, impian terwujud begitu mudahnya. Namun kadang, impian seperti menjauh, karena Tuhan tahu bukan itu yang terbaik.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

Aily masih tak percaya mengetahui kenyataan dia akan men-dubbing film bersama idolanya.

"Iya. Boleh, kan? Biar sekalian." Toro memberikan senyum yang begitu manis dengan bibir tipisnya. "Memang bisa, sih, direkam pada waktu yang berbeda. Cuma, kalau langsung begini hemat waktu."

Aily menarik napasnya sepanjang mungkin. Berusaha menenangkan debaran hatinya yang semakin menjadi-jadi. Keringat dingin jatuh membasahi pelipisnya meski suhu ruangan terasa cukup menggigit. "Ba-baik, Kak. Aily akan berusaha."

"Oke, Mas, kami siap." Toro memberi tahu dengan yakin.

Layar di hadapan Aily dan Toro mulai bergerak mundur.

"Take!"

"Tolooong! Awaas! Aaaaa!"

Toro berteriak sangat luwes. Suasana mencekam akibat Roro Jonggrang membunyikan alu bersahutan juga membakar jerami hingga ufuk Timur menjadi kemerahan. Para jin panik dan berhamburan kembali bersembunyi dari cahaya mentari yang mungkin akan menyinari sebentar lagi. Aily sebaliknya. Ia panik dan hanya berteriak ketika melihat sesosok jin bermuka menyeramkan tampil memenuhi layar.

"Cut!"

Jantung Aily mencelus. Apa hasilnya tadi cukup baik? Apakah Firman akan memarahinya lagi? Aily bahkan tidak menyadari bahwa Toro menggunakan tiga suara yang berbeda sekaligus. Aily begitu terfokus bagaimana supaya berteriak panik.

"Oke, kok!" Firman memberikan persetujuannya. "Tapi bisa tolong ulangi sekali lagi dari agak jauh mikrofonnya?

Aily mengerjap tak percaya. Suaranya lolos untuk dipakai dalam film? Suara teriakan yang mungkin terdengar fals tadi?

Toro menepuk punggung Aily perlahan. "Kok malah bengong? Itu kamu bisa berteriak dengan bagus."

"Take!" Firman memberi aba-aba lagi.

Kali ini Aily berteriak dengan jarak mikrofon hampir satu setengah meter dari mulutnya. Memberi efek suara berteriak dari jauh.

"Cut! Oke bungkus!"

"Eh? sungguh?" Aily terdengar tak percaya.

Firman juga ikut tertawa kecil. "Kalau nggak percaya, nih, kuputar ulang."

Aily terenyak saat mendengar suaranya yang tidak sampai sepuluh detik itu diputar kembali. Suara teriakan yang menunjukkan kekhawatiran yang sangat. Lebih tepatnya, dia khawatir apa suaranya bisa mengimbangi suara panik Toro yang bisa berubah-ubah itu.

Aily merasakan wajahnya memanas. Buncahan rasa bahagia begitu meluap-luap di batinnya. Sama sekali tidak pernah Aily duga, bahwa pada kesempatan pertama, ia langsung bisa berduet dengan dubber pujaannya. Kalau memang ini mimpi, Aily berharap tidak perlu bangun dulu. Biar dirinya tenggelam dalam kenangan indah yang membuatnya ingin menangis haru.

"Terima kasih, Mas." Aily masih terlihat bersemu merah saat mengucapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan yang diberikan.

"Sama-sama. Nanti Senin ada casting buat film lain, Cindelaras. Kalau mau, ikut aja."

"Iya! Insya Allah!" Aily berseru riang.

"Kami turun dulu, Mas." Toro berpamitan.

Firman mengangguk. "Jangan lupa tiga puluh menit lagi kamu take yang Makanan Unik Dunia lagi, Ro!" Pria paruh baya itu kembali mengingatkan.

"Siap."

Aily tiba lebih dulu di ruang tunggu. Gadis itu mengempaskan tubuhnya ke sofa. Kakinya terasa begitu lemas. Ia begitu bahagia sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Bagaimana rasanya?" Toro duduk di samping Aily dengan santai.

Lihat selengkapnya