Voice in Dream

Shireishou
Chapter #18

Bab 17 - Penilaian

Manusia memang selalu menilai sesuatu dari penampilan. Selanjutnya, tinggal waktu yang membuktikan.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

"Gue bukan orang jahat kok." Richie berusaha tersenyum.

Yura akui, senyum Richie cukup menarik. Bibir tipisnya yang membentuk bulan sabit sempurna ke atas terlihat apik bersanding dengan kulit putih dan mata lebarnya.

"Oke. Silakan ngobrol." Yura melirik sekilas seolah memberikan ancaman tersirat. "Yura pamit ke kamar aja. Kalau perlu bantuan, ketok pintu aja, ya!" Lagi-lagi gadis itu memberi kode tersembunyi.

"Santai aja. Thanks, Ra!" Sayang Aily sama sekali tak menyadari kekhawatiran adiknya.

Kali itu, Richie mengenakan jins bolong-bolong dan kaus hitam. Gambar lambang perdamaian berwarna putih terlihat jelas ketika ia melepas jaket kulit hitamnya. Lengan Richie terbentuk sempurna berkat latihan di gym yang hampir setiap hari dijalaninya. Melihat itu membuat Aily mau tak mau menahan napas. Sejenak gadis itu memalingkan pandangan. Ia tidak boleh fokus memperhatikan bentuk tubuh Richie yang cukup terlihat menonjol di balik T-shirt ketat yang dikenakannya.

"Hei, mau ikut cosplay nggak hari Minggu ini?"

Aily terenyak sesaat. Gadis itu menatap mata kecokelatan Richie lekat-lekat. Mencari makna tersembunyi di balik kata-katanya tadi. Tetapi, Aily tak bisa menemukannya. Sepertinya Richie sungguh-sungguh mengajaknya ber-cosplay.

"Lo stres, ya?"

Richie menggeleng-geleng sembari tertawa. "Enak aja stres. Gue serius! Kan, dulu udah pernah bilang, gue mau ajak lo cosplay."

Richie mengeluarkan sesuatu dari tas serut hitam yang selalu dibawanya.

"Ini apa?" Aily memandang sebuah buku berbentuk persegi dengan sampul wanita yang sangat cantik dalam pulasan makeup sederhana, tapi berkesan menawan.

"Sesuai judulnya, Tutorial Merias Wajah Sehari-hari untuk Pemula." Richie mengangsurkan bukunya ke arah Aily.

Gadis itu menerimanya dengan gamang. Dibolak-baliknya halaman demi halaman penuh warna yang menyajikan langkah-langkah merias wajah.

"Gue pernah bilang mau kasih lo buku cara dandan, kan? Ini buku paling simpel yang bisa gue temuin."

"Gue nggak suka dandan."

"Coba deh cosplay, satu kali aja. Enggak usah yang ribet-ribet. Jadi Barnaby aja. Cuma pake jaket, celana jins, wig pendek, sama kacamata."

Aily masih ragu.

Namun, bukan Richie jika tidak berkukuh pada keinginannya. Kadang Aily merasa Richie terlalu memaksakan kehendak. Gadis itu sadar betul Richie melakukan semua demi kebaikannya juga. Ia sampai kehabisan kata-kata untuk membantah.

Richie melihat gelagat tidak mengenakkan di wajah Aily. "Oke deh, kalau lo nggak mau. Gue cuma menawarkan opsi yang bisa membuat lo lebih pede."

"Gimana ceritanya gue bisa lebih pede dengan ber-cosplay?"

Richie mengeluarkan ponsel cerdasnya dan menggerak-gerakkan jarinya sebentar sebelum mengangsurkannya ke arah Aily. "Nih, yang kanan cakep enggak?"

Aily takjub melihat foto cosplayer yang kini dilihatnya melalui ponsel berukuran lima inci itu. Wajahnya terlihat begitu tampan dengan rahang tegas dan pipi tirus. Eyeshadow merah menyala di sudut luar matanya begitu mencolok. Eyeliner hitam tebal di bagian atas, alis yang dibentuk tipis dan lurus, sama sekali tidak mengurangi kesan tampan yang didapat. Softlens warna keemasan seolah membius siapa pun yang melihatnya.

"Keren banget!"

"Padahal cuma diikat ke atas aja lho rambutnya," Richie tersenyum. "Gue ada wig seperti itu kalau lo mau pinjam." Richie sungguh-sungguh merayu Aily dengan segala daya upayanya.

"Kalau lo cosplay jadi Taroutachi kayak dia, agak terlalu sulit untuk pemula." Richie mengangguk-angguk. "Tapi gue bisa bikin lo seganteng dia."

"Eh? Dia cewek?" Aily menggeser-geser telunjuknya untuk melihat foto yang lain.

Richie mengangguk. "Keren, kan?"

Lihat selengkapnya