Voice in Dream

Shireishou
Chapter #20

Bab 19 - Fakta

Langkah pertama selalu yang paling berat dan menyiksa. Namun, ketika sudah berhasil melewatinya, langkah berikutnya mungkin akan terasa seringan kapas.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

"Bagaimana kondisimu?" Bunda menanyakan keadaan Aily saat sarapan.

"Sudah sehat, Bun. Aily besok sudah bisa mulai mengajar lagi." Aily tersenyum. Kali ini senyumnya sudah jauh lebih baik daripada semalam.

"Alhamdulillah. Bunda senang." Bunda bangkit berdiri dan bersiap pergi ke kantor. "Oh iya, Minggu kita ke nikahan anaknya Om Trisno, ya!"

Aily membeliak. Itu adalah hari ia akan ikut workshop dubbing.

"Eh, Aily ada acara, Bun."

"Batalin!"

Aily tercekat. 

“Apa pun acaranya, nggak ada yang lebih penting daripada menghadiri nikahan anaknya Om Trisno. Beliau udah kasih uang duka banyak banget pas Ayah meninggal."

Aily tak bisa membantah dan hanya bisa menyimpan kata-katanya kembali. Bunda bahkan tidak menanyakan acara apa yang hendak ia hadiri dan jam berapa. Seolah meskipun acaranya tidak berbenturan, dirinya tetap dilarang datang.

"Sampai jumpa nanti malam, ya. Makasih sudah mau menuruti Bunda."

Mata yang bengkak dan memerah sudah cukup membuat Bunda bisa membaca semuanya. Aily hanya bisa tersenyum getir. Tak ada satu pun kata yang bisa terucap untuk menyetujui atau menyangkal pendapat itu.

"Hati-hati di jalan." Hanya itu yang bisa Aily katakan.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

"Jadi ikut workshop dubbing-nya?"

Aily menggeleng sembari memberi penjelasan singkat.

"Apa nggak bisa paginya workshop, malamnya kondangan?" Aris berujar lirih.

Lagi-lagi debas terdengar. "Bunda paling nggak suka kalau aku ngelayap sebelum acara. Beliau sangat tepat waktu."

Tak ada pembicaraan untuk beberapa waktu.

"Ada yang bisa kulakukan?" Aris memecah kesunyian.

"Nggak ada, Kak. Makasih banyak. Mungkin ada kesempatan lain kali."

"Semoga akan ada segera ada, ya! Pokoknya kalau ada, aku akan anter kamu langsung ke TKP!"

Aily tertawa mendengar Aris begitu bersemangat. "Makasih, Kak. Titip salam buat Risa. Insya Allah aku besok udah bisa ngajar lagi."

"Udah sembuh total? Kalau masih sakit, enggak ngajar juga nggak masalah. Gajimu akan tetap dibayar, kok."

Aily terperangah. Ini pasti ulah Aris yang meminta supaya gajinya tetap dibayarkan. Dia makin merasa tidak enak.

"Aduh, Kak, jadi merepotkan. Beneran udah nggak apa-apa, kok."

Aris terdengar lega saat berkata. "Oke kalau begitu. Sampai jumpa besok, ya!"

Sambungan telepon pun diputus setelah saling mengucap salam.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

Aily tidak pergi ke studio dubbing minggu itu. Gadis itu menghindari sementara penyebab sakitnya demi kesehatan. Ia khawatir, tubuhnya yang baru sehat akan roboh lagi jika harus mencium bau asap rokok.

Jumat sore, Richie mengirimkan pesan di Line. Menanyakan apakah Aily bersedia diantar ke tempat workshop.


Aily: Gue nggak jadi workshop. Ada kondangan.

Richie: Kondangan kapan?

Lihat selengkapnya