Jika kabut menutupi mata, cahaya pun akan sulit menguak fakta. Singkirkan penghalang, maka hati akan mampu pandang yang sebenarnya.
⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰
Akhirnya hari yang dimaksud tiba. Aily datang dengan pakaian gaya kasual. Ia tak mencoba untuk tampil feminin kali ini. Celana panjang bahan warna biru tua, dipadukan kaus putih bergambar dan blazer abu-abu dengan lipatan di ujung tangannya yang berwarna putih. Wedges hitam tetap dikenakannya. Gadis itu masih tersugesti untuk mengenakan sepatu 3 cm guna menutupi tinggi sebenarnya.
Richie menyambut Aily dengan baju yang lain dari biasanya. Kaus hitam polos lengan panjang dan celana jins hitam. Yang membuat berbeda adalah kain dari lengan hingga pergelangan tangannya sengaja disayat-sayat. Dan kain yang tersayat itu dipilin dan disambung satu sama lain sehingga membentuk jalinan menyerupai jala yang sangat rapi. Aily berpikir, kalau tidak salah nama modelnya adalah cut-out fashion.
Setengah tak percaya Aily melihat Richie mengenakan baju yang cukup unik itu. Bagaimana tidak, karena itu sama saja ia mengenakan kaus lengan pendek dan memperlihatkan bentuk lengannya yang kukuh. Aily berusaha keras untuk tidak memandangnya terlalu lama.
"Udah datang? Siapa, sih, artisnya?" Aily melongok ke ruang tunggu dari anak tangga terakhir. Tidak ada siapa-siapa.
Richie menggeleng. "Nggak tahu. Belom dapat kabar siapa artisnya. Ini datengnya juga nggak jelas kapan. Tergantung kelar syutingnya." Ia mengangkat bahu malas. Pemuda itu memasukkan tangan ke saku celana.
Aily menyingkirkan anak rambut yang lepas dari telinganya. "Ya udah, deh, tunggu aja."
Aily bergerak ke arah kursi dan melemparkan tubuhnya dengan santai ke sana. Rambut panjang yang dibiarkan tergerai sempat diuraikan ke depan. Aily sebenarnya gugup memikirkan siapa yang akan datang. Baru pertama kali dia akan bertemu artis dari jarak dekat.
Richie menyusul duduk dengan santai di sebelahnya. Pemuda itu memandang jam di dinding.
Sejenak Aily melirik-lirik ke sekitarnya. Mencari sosok yang selalu dikaguminya itu.
"Toro lagi take di atas. Mau liat?" Seolah bisa membaca pikiran, Richie menggerakkan kepalanya ke arah tangga.
Aily menggeleng. "Enggak, deh. Gue nunggu si artis aja."
"Gue temenin." Richie mengempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. "Lo nggak bawa kue lagi?"
Aily tertawa lepas. "Jadi lo ngarep kue? Bokek gue!"
Richie menyilangkan tangan di depan dadanya sambil tersenyum. "Bercanda, kok. Eh, iya, udah bisa ngomong pake suara perut?"
Aily menarik napas panjang. Ada jejak keraguan di wajahnya. "Mungkin."
Richie tersenyum maklum. "Enggak usah khawatir. Kita masih punya banyak waktu buat latihan, kok!"
Aily mengangkat tangannya ke langit. Sedikit meregangkan tubuhnya sekaligus berusaha menenangkan hatinya. "Ya ... gue akan berjuang." Kali ini gadis itu mengangguk dengan yakin.
Suara derap kaki tiba-tiba terdengar dari arah tangga. Firman tiba-tiba terlihat tergesa turun dari lantai tiga dan langsung menuju lantai satu.
"Kayaknya si artis sampe tuh. Sampe Mas Firman turun sendiri buat bukain gerbang." Richie bangkit berdiri. Memasukkan kedua tangannya ke saku celana serta membuat rantai yang melingkar di pinggulnya bergemerencing.
Aily ikut berdiri dengan gugup. Menantikan sosok yang akan naik di tangga itu. Lima menit terasa seperti berjam-jam. Tepat ketika suara derap langkah menaiki tangga, Aily menahan napas.
Aily melihat sesosok gadis muda---mungkin sepantar adiknya---muncul dari balik tangga. Rambut bergelombangnya diberi cat warna ungu cerah yang mencolok. Aily terbelalak. Rambut ikal ungu sepanjang dada itu membuat warna kulit gadis itu terlihat semakin pucat. Warna seputih susu yang mulus tanpa cela. Aroma wangi yang menyenangkan tercium saat ia melangkah semakin dekat ke arahnya. Poni model bulan yang menutupi alis membuat mata bulat besarnya persis seperti kelereng yang begitu bercahaya. Iris kecokelatan di tengah kulitnya yang putih sungguh membuat gadis itu tampak seperti boneka Prancis yang cantik.
Baju baby doll sepanjang lutut dengan warna cyan berbahan sifon berlapis terlihat berkibar seiring gerakannya. Legging ungu yang dikenakan begitu serasi dengan rambutnya. Outer sweter rajutan lembut berwarna peach terlihat indah di tubuhnya yang tidak begitu tinggi namun memiliki lekuk yang sempurna. Kalung bandul panjang dengan liontin ungu yang besar menambah daya tarik khusus.