Voice in Dream

Shireishou
Chapter #27

Bab 26 - Satu Kesempatan

Kadang yang kita butuhkan hanya SATU kesempatan.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

Bunda menatap pemuda berkemeja kotak-kotak di hadapannya dengan heran. Siapa pemuda tinggi dengan rambut lurus hitam pekat yang menutup alis kirinya?

"Cari siapa?" Bunda menyipit.

Senyum manis tak lekang dari wajahnya yang manis. Kulit sawo matangnya terlihat semakin eksotis dengan paduan kemeja warna dominan krem-cokelat tua dan celana bahan hitam.

"Saya Toro, temannya Aily."

Aily hampir saja menjerit bahagia di antara panik yang tengah mendera. Toro tak menganggapnya fans dan menyebutnya sebagai teman. Ya Tuhan, Aily merasa naik pangkat. Selama ini ia tak berharap bisa dianggap menjadi teman Toro. Mendengar orang yang paling dikaguminya menyebutnya teman, membuatnya seolah terbang penuh kebahagiaan.

Namun, kebahagiaan itu seolah lenyap ketika Bunda menoleh ke arahnya yang masih mematung tak jauh dari dalam pintu. 

"Silakan masuk."

Belum sempat Toro melangkah, Sari mengajukan pertanyaan mengejutkan.

"Temen kampus?" Sari kembali menoleh ke arah Toro.

Ah, ini dia. Pertanyaan yang sangat berbahaya. Aily bisa saja menghindar dan langsung meminta Toro pulang. Namun, dengan pertanyaan seperti itu, Aily tak mungkin berbohong lagi.

"Saya dubber, Tante. Saya ke sini mau bicara sama Tante kalau Tante sedang tidak sibuk."

Mampus! Hanya itu yang dipikir Aily. Ia tak habis pikir, setelah Aris, lalu Richie, sekarang bahkan Toro hendak mengacaukan hubungannya dengan Bunda. Apa, sih, yang ada di benak mereka?

Bunda menatap Toro dengan saksama. Toro sangat bertolak belakang dengan Richie. Jika Richie berandalan, Toro terkesan sebagai pegawai kantoran yang elegan. Baju kemeja rapi yang membuatnya terkesan sopan dan formal. Sari tidak bisa membenci tipe pemuda macam ini.

"Duduklah," perintahnya hambar. "Ly, buatkan teh buat Nak Toro."

Sebenarnya Aily enggan beranjak dari sana. Sungguh ia khawatir. Namun, lirikan mata ibunya seolah menyuruhnya pergi dengan halus.

"Begini, Tante," Toro memulai bicaranya.

Suara rendah dan berwibawa itu terasa familier di telinga Sari. Sesuatu yang membuatnya terkenang akan sesuatu.

"Saya mau memintakan izin buat Aily agar boleh ikut casting film bioskop Bawang Putih Bawang Merah."

Bunda terlihat tidak suka. "Apa Aily yang nyuruh Nak Toro buat ngomong gini?" Pandangan menuduh lagi-lagi terlontar.

"Tidak. Justru Aily melarang saya untuk datang. Dia menyampaikan pada saya dia akan mundur dari casting yang diperebutkan banyak orang."

Bunda diam. Apa itu artinya Aily telah berhasil memasuki dunia dubbing dengan lancar sehingga tanpa diminta ia justru mendapat dukungan dari seseorang dubber profesional?

"Kalau boleh tahu, Nak Toro yang mengisi apa?"

Toro dengan lancar menyebutkan beberapa film seri Turki, India, Jepang, juga Korea yang diisinya. Toro berharap, ibu Aily mengetahui yang mana suaranya.

"Ah, ya, Tante kenal suara Nak Toro. Tante sering dengar di TV. Paling suka pas TV Champhion. Bagus."

Lihat selengkapnya