Voice in Dream

Shireishou
Chapter #28

Bab 27 - Bioskop

Ada cita yang tertunda, asa yang tertahan, juga mimpi yang dikandaskan. Namun, hidup akan terus bergerak. Akankah kita larut dalam penyesalan atau bangkit demi meraih mereka perlahan?


⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

"Lha? Terus Kakak gagal?" Aily memelankan suaranya.

"Iya." Ada kekehan kecil di sana. Seolah penolakan itu bukan suatu beban berat.

"Enggak sedih?" tanya Aily ragu. Ia heran kenapa Aris begitu nekat untuk maju.

"Sedihlah! Enggak, mungkin nggak sedih. Shock malah." Aris menyingkirkan anak rambut yang menutupi kacamatanya. "Cuma, kalau dipikir, ini hidupku. Mami sayang sama aku, tapi aku juga punya mimpiku sendiri."

Aris kembali menceritakan perjuangannya. Diam-diam magang di salah satu kafe kopi terkenal di Jakarta saat liburan kuliah. Bayaran sedikit dan jam kerja yang lumayan menguras tenaga. Tapi ibunya hampir tidak mengetahui kegiatannya. Aris begitu lihai untuk memilih jadwal magang.

Kursus memasak, manajemen, juga barista tetap dilakukannya sepanjang tahun. Aris mati-matian tetap menjaga IP-nya di atas 3.3. Saat skripsi, Aris mulai bekerja di kafe tempatnya magang dulu. Menimba pengalaman sebanyak mungkin sebelum akhirnya ia bisa membuat kopi yang jauh lebih enak daripada setahun yang lalu.

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

"Apa ini?" Mami memandang gelas besar transparan dengan warna cokelat cerah di dalamnya. Topping krim berwarna putih dan taburan cokelat serut terlihat mewah.

"Honey mocca frappe, Mi." Aris berusaha menyembunyikan ketegangannya.

"Kamu masih berurusan sama barista-barista itu?" Mami terlihat sedikit kecewa. Pandangannya tertuju pada kue berwarna cantik di sebelahnya.

Seolah bisa memahami pikiran ibunya, Aris menjelaskan. "Itu ombre cake. Aku sengaja membuatnya untuk mendampingi mocca frappe-nya. Mami, kan, suka kue blueberry."

Mami terkesiap. Pandangannya lurus menatap Aris. Dalam segi penampilan, tidak ada perubahan mencolok pada diri Aris. Mami sama sekali tidak menduga bahwa putra sulungnya kini bisa memasak kue begini cantik. Gradasi ungu ke merah jambu pucat terlihat sangat menawan.

Ah ... Mami merasa dirinya konyol sempat memikirkan anak laki-lakinya akan menjadi banci hanya karena bisa memasak. Bukankah chef-chef terkenal di televisi memang didominasi pria dan dirinya hampir tidak pernah melihat ada yang banci?

Mami akhirnya mengambil piring kuenya dan menyuapkan sepotong ke mulut. Kuenya matang sempurna. Rasanya ringan, tapi manis. Sama sekali tidak enek. Di antara lapisan kue ada olesan selai blueberry kesukaannya. Topping buah blueberry segar terlihat menggiurkan. Aris benar-benar membuat kue yang sesuai untuk dirinya.

"Enak, Mi?" tanya Risa antusias.

Mau tidak mau, Mami mengangguk. Dia tidak mungkin berbohong mengatakan kue seenak ini tidak layak dimakan.

Mocca frappe-nya juga luar biasa enak. Kelembutan bongkahan es latte yang diblender lembut, masih menyisakan tekstur khas di lidah.

Mami merasakan kesungguhan di sana. Aris telah mendedikasikan dua tahun penuh untuk belajar banyak hal.

"Kamu sungguh-sungguh ingin membuka kafe sendiri?" tanya Mami serius.

Anggukan Aris langsung menjawab dengan cepat.

"Kamu betul-betul mirip Papi. Kalau sudah punya kemauan, susah dibelokin."

"Itu artinya?"

"Artinya terserah kamu, deh! Mami nggak bisa maksa lagi. Tapi selesaikan kuliahmu. Nggak boleh mundur satu semester pun untuk skripsinya!"

Aris langsung melompat dan menubruk Mami hingga menabrak sandaran sofa. "Makasih, Mami! Iya ... aku akan belajar keras. Tenang, IPK nggak akan di bawah 3.3! Aris juga butuh kerja satu atau dua tahun sebelum membuka kafe sendiri. Kumpulin modal!!"

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

Aily terlihat senang sekaligus iri mendengar Aris bercerita.

Lihat selengkapnya