Voice in Dream

Shireishou
Chapter #36

Bab 35 - Jawaban

Ketika ada rasa berbunga mengembang di dada, kebahagiaan seolah terkunci dan abadi di sana. Akankah ia bertahan atau melebur dalam badai yang mengambang di angkasa?

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

Aily merasakan sesak membahagiakan memenuhi dada. Seolah dirinya melayang ke tempat penuh warna tempat gelembung berkilau meledak indah dalam perut. Ada rasa bahagia saat menerima pengakuan cinta Aris. Namun, saat mendengar pernyataan yang sama dari Richie, dunia Aily menjadi terasa berbeda.

Gadis itu bahkan saat ini tak yakin ia masih menapak di bumi. Semuanya terasa bagai mimpi. Membawanya ke negeri antah berantah yang membuatnya nyaris tak bisa bernapas karena bahagia.

"Gue tahu lo bahkan belom kasih jawaban sama Aris. Tapi gue kepengin jujur sama lo secepatnya tentang perasaan gue." Richie masih juga tak berkedip. Wajah cantik itu terlihat sedikit kaku. Bibir tipisnya berkedut ringan menunggu jawaban gadis yang masih berdiri mematung di hadapannya.

Aily ingin meneriakkan setuju, mau, tentu saja sekuat tenaga. Ah ... bukankah cinta kadang menyingkirkan akal sehat sementara?

Ya ... sementara.


"Pokoknya, jangan pernah berhubungan dengan berandalan itu. TITIK!"


Pikiran Aily yang semula penuh warna, kini tersapu angin besar yang mengubah segalanya menjadi suram. Mengembuskan hawa gigil menakutkan yang tiba-tiba membuatnya bergidik ngeri. Suara yang tadinya sudah siap keluar dari tenggorokan, kini tersangkut kembali.

Ada denyut menyakitkan menusuk kepala Aily dengan cepat. Desiran perih di hatinya juga membuatnya limbung. Tanpa sadar gadis itu terhuyung ke belakang. Dengan gerakan cepat Richi menangkap Aily dan membantunya duduk di atas kursi.

"Lo kenapa?" Richie menyentuhkan telapak tangannya ke dahi Aily. Mengecek apakah gadis itu demam.

"Maaf." Aily menunduk dalam. "Maaf, Chie."

Aily tak sanggup lagi bicara hal yang lain. Tanpa ia sadari, bulir-bulir bening berjatuhan tanpa bisa ditahan. Gadis itu merasa seperti diempas tsunami ke berbagai arah untuk menghantam karang dan bebatuan yang membuat tubuh dan jiwanya terluka. Kebimbangan besar menerjang jiwa. Otak dan hatinya tak sudi bekerja sama seiring sejalan. Mencabik tanpa belas kasih dan menyerakkan perasaan hatinya dengan tak berperi.

Richie terenyak. Pemuda itu langsung merengkuh Aily lembut. Menyandarkan kepala Aily ke atas dada bidangnya. Mendekap perlahan sembari berulang kali membelai rambut hitamnya.

"Apa pernyataan gue ngebebanin lo?" Richie berbisik. "Kalau gitu lupain aja yang gue omongin, ya. Kita temenan aja."

Aily bisa merasakan nada penuh kepahitan dari setiap kata yang Richie lontarkan padanya. Gadis itu menggeleng dan bangkit dari dekapan Richie. Menghapus air mata dengan ujung baju panjangnya.

Ada beberapa kali tarikan napas menjeda, sebelum akhirnya Aily berani mendongak. Menatap lurus pada mata kecokelatan di hadapannya. Mata yang selalu penuh keyakinan itu, kini terselimut kabut keraguan. Penuh kekhawatiran. Hal yang tak pernah Aily lihat sebelumnya.

"Gue juga suka sama lo," Aily berujar lirih. Menembus kebekuan yang menjalar.

Richie terbelalak. Binar mata sebulat kelereng itu terlihat semakin berkilau. "Sungguh? Terus kenapa minta maaf?"

Aily merasa dirinya kembali diseret tenggelam ke dalam palung gelap tatkala melihat Richie tersenyum penuh rasa bahagia. Harapan yang terpenuhi, cinta yang meluap, dan kegembiraan yang tak terbendung. Kata-kata jujurnya akan melukai Richie lebih dalam lagi.

Lihat selengkapnya