Voice in Dream

Shireishou
Chapter #41

Bonus Chapter

“Apa mereka akan datang?” Seorang wanita dengan jilbab lebar berwarna hijau toska menatap pria di sisi kanannya.

Pria yang ditanya hanya mengangkat bahu pelan dan membantu merapikan selendang sifon tipis yang digunakan melapis jilbab wanita itu. 

Suasana hall masih ramai. Namun, semua tamu kini sibuk menikmati hidangan yang tersedia. Aroma makanan kini menguar memenuhi ruangan. Sebenarnya tamu yang diundang tidak terlalu banyak. Hanya sekitar tiga ratus orang. Namun, orang tua Aris memilih menyediakan banyak makanan daripada sampai kekurangan makanan. 

Ada nasi di bagian tengah dengan lauk kambing guling, sayur babanci, mapo tahu, juga la ji zi ayam. Untuk bagian camilan tersedia takoyaki, mini sushi, es selendang mayang, laksa betawi, bintang hulu, dan jiaozi ayam. Sungguh perpaduan aneka kebudayaan yang menyatu jadi satu. Orang tua Aris menginginkan pernikahan dengan masakan Cina, sementara Sari menginginkan ala Betawi. Aris dan Aily sendiri menyukai makanan Jepang. Jadi, yah, mereka bertoleransi dan menggabungkan semua sekaligus. Para undangan pun tampak menikmati keragaman makanan itu.

Dekorasi pesta yang didominasi warna hijau toska terasa menyejukkan. Rangkaian bunga melati gantung tampak menghiasai beberapa sudut gubukan juga bagian panggung. Ruangan terasa lega dan nyaman dengan sedikitnya tamu yang diundang.

Gamis lebar yang dikenakan Aily pun tak terlihat mewah. Ceruti glitter dengan bando permata imitasi cukup terlihat anggun, tapi tidak terlalu berlebihan. Lapisan sifon mengilap di bagian luar juga menambah manis. Meski riasan tidak terlalu tebal, Aily tampak sangat memesona. Dia bahkan tak mau menggunakan bulu mata palsu ataupun mencukur alisnya. Wanita itu banyak berubah setahun belakangan dan justru terlihat semakin memesona di mata Aris. 

Pria itu bersyukur kini telah sah menjadi suami Aily. Seseorang yang akan bersama dan melindungi wanita itu hingga tutup usia. 

Aris memutar bahunya yang terasa kaku akibat berdiri dan bersalaman dengan banyak orang. Untungnya, tidak ada lagi tamu yang naik ke panggung untuk menyapa sehingga kedua mempelai bisa duduk santai di atas panggung.

“Lagian, Ly, mereka, kan, sekarang udah jadi orang sibuk. Enggak jamin juga bakalan sempet datang. Kalau tiba-tiba ada jadwal syuting, gimana?”

Aily menghela napas. “Iya, sih, Kak. Richie udah makin terkenal sekarang. Sampai ada fans club-nya segala. Deline, sih, jangan ditanya.” 

Mata sipit Aris makin mengecil. “Kenapa? Kamu pengin masuk fans club dia juga?”

Gelak tawa terdengar. “Aduh, Kak Ariiis … aku sekarang sudah sah jadi istri Kakak. Masa masih juga cemburu?” Aily menangkup pipi Aris yang kini bersemu merah. Jika tidak di depan umum, mungkin wanita itu sudah mendaratkan satu kecupan istimewa. 

“Ya habis, Richie, kan, emang … ganteng.” Kata ganteng yang terucap terdengar antara rela dan tidak rela. 

“Ya ampuuun … Kak Aris nggak nyadar kalau Kakak juga cakep?” Wanita itu menelengkan kepala sambil tersenyum simpul. Telunjuk lentiknya menyentuh ujung hidung Aris gemas.

Aris menggeleng. “Kalau aku ganteng, aku udah jadi bintang film, kan?”

Lagi-lagi Aily hanya bisa tertawa. Ia memandangi pria berkulit putih dengan lesung pipi yang selalu terlihat manis jika tertawa. Tubuh tinggi dalam balutan baju koko warna hijau toska dan kopiah warna senada menambah kesan gagah. “Terserah Kakak, deh! Pokoknya, buatku, Kakak adalah cowok paling ganteng di dunia!”

Mata sipit Aris melebar sebelum membuang muka ke kanan. Menyembunyikan ekspresi malu-malu yang bagi Aily adalah ekspresi paling menggemaskan dan sangat disukainya.

Aily dan Aris memberikan kabar pernikahan mereka dua bulan sebelum hari-H dengan harapan kedua orang itu bisa datang. Namun, apa daya, sampai kurang dari sepuluh menit sebelum acara berakhir, kedua orang itu belum juga datang.

“Ya, sudahlah, toh, mereka sudah ngucapin tadi pagi.” Aily bangkit dari kursinya dan bergerak turun agar bisa berganti dengan pakaian kasual di ruang ganti. Tamu-tamu sudah meninggalkan gedung. Para petugas mulai merapikan makanan yang belum habis dan akan membagikannya pada kaum dhuafa.

Aris menepuk-nepuk bahu Aily berusaha menghiburnya. Bagaimanapun, Richie pernah punya tempat istimewa di hati istrinya. Richie juga pria yang pernah berjasa dalam hidup Aily. Dirinya tak seharusnya cemburu. Lagi pula, bukankah kini dia telah menjadi suami sah Aily?

Namun, dari semua itu, yang paling aneh justru Deline. Saat Aris menelepon Richie dan memberitahukan ihwal pernikahan mereka, Deline menyela. Kebetulan perempuan itu sedang syuting bersama dengan Richie. Artis kenamaan itu langsung meminta jatah undangan juga. Apa karena Aily cukup sering mengisi suaranya? Padahal jika bersabar, Aily memang akan memberikan satu undangan untuk Deline keesokan harinya.

Seandainya keduanya benar-benar datang, mungkin suasana resepsi akan menjadi gegap gempita atau mungkin kacau-balau karena ada dua selebriti terkenal tiba-tiba masuk ke gedung pernikahan. Bisa-bisa semua tamu malah sibuk meminta tanda tangan dan foto bersama.

Mungkin ketidakhadiran keduanya adalah yang terbaik. Hanya saja, melihat Aily tampak kecewa, Aris merasa gagal menunaikan tugasnya sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mengundang Richie. 

Awalnya, Aris menginginkan Aily saja yang menghubungi Richie. Namun, wanita itu menolak dan mengatakan jika mereka akan menikah, maka semua komunikasi dengan Richie akan dilakukan melalui Aris untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Pertama kali mendengar hal itu, Aris sempat tersinggung. 

“Kalau memang kamu sudah mencintaiku? Kenapa masih takut berhubungan dengan Richie?!” ujarnya ketika itu.

Lihat selengkapnya