Warning:
Cerita mengandung unsur kekerasan fisik, perbudakan, seksualitas, berdarah-darah, dan kalimat kasar. Di harapkan pembaca bijak dalam memilih bacaannya.
✛✛✛
Kakinya selalu terseret-seret kala kedua tangan kecil itu mengangkut ember berisi air untuk memenuhi bak mandi milik keluarga Vierlicht. Dia hanyalah budak untuk keluarga bangsawan tersebut, padahal usianya baru 14 tahun. Terlalu dini untuk di pekerjakan.
Ashlesha. Nama yang di berikan oleh pedagang sayur ketika dirinya ditemukan di tempat pembuangan akhir pasar, seorang wanita renta penuh kasih membesarkan dirinya hingga akhirnya beliau tutup usia ketika hidupnya menginjak angka 7 , kehidupannya begitu tragis dan miris usai nenek berhati malaikat itu tak ada. Ashlesha menjadi gelandangan di jalan, dan berakhir menjadi budak di sebuah keluarga bangsawan. Gadis bertubuh mungil berpakaian compang-camping dan selalu terlihat kotor. Itu karena, dia mengurusi kandang kuda, babi, dan beberapa pekerjaan kasar yang seharusnya di kerjakan laki-laki. Seorang gadis yang selalu memperdengarkan perut keroncongan pada sesiapapun orang yang melewatinya. Air mukanya tak beriak, sorot matanya pun tampak kosong. Tidak ada kehidupan di sana.
Kala itu sedang musim kemarau panjang, kediaman Vierlicht yang berada di tepi desa tak luput ikut terdampak kekeringan, sehingga beberapa pelayan di tugaskan sebagai pencari air ke pusat desa Jhalastone, begitu halnya dengan Ashlesha, dia mendapat tugas yang sama dengan keempat pelayan senior lainnya.
"Hei... Kenapa kau terus mengangkut air itu setiap hari? Apa di keluarga bangsawan Vierlicht tidak memiliki pelayan lain?" Tanya seseorang, Ashlesha tidak mendengarkan. Dia hanya harus terus berjalan kembali ke rumah keluarga Vierlicht yang berjarak setengah kilometer dari desa Jhalastone.
Pertanyaannya di abaikan, anak laki-laki itu bergerak cepat menyamai langkah Ashlesha yang terseok-seok. Keempat pelayan lain yang datang bersama Ashlesha sebelumnya naik gerobak pengangkut dengan bejana besar berisi air di atasnya, mereka tertawa-tawa meledek Ashlesha. "Berjalanlah dengan cepat, dan segera mandikan kuda-kuda di kandang nanti!" Begitu teriaknya.
"Kau pikir kaki-kaki kecil itu bisa berjalan cepat? Lihatlah bekas cambukan yang nyonya besar kemarin berikan, aku yakin dia tidak akan sanggup berjalan sampai ke mansion dengan cepat." Si anak laki-laki melirik betis Ashlesha, warna ungu kehitaman mengerikan tercetak jelas di kulitnya. Dia bergidik ngeri, bagaimana bisa dia masih bisa berjalan dengan kondisi seperti itu?